Langsung ke konten utama

Misteri Teman Baru Peri Zilfa

ha


Peri Zilfa kesal. Ketika melihat-lihat tamannya pagi ino, ada dua ekor ulat yang melahap dedaunan. Tanaman yang dulu rimbun dan indah, sekarang sudah nyaris gundul.


Tidak seorang pun penghuni kota Fantasi memiliki taman seindah milik Zilfa. Dia menghiasinya dengan beragam kembang warna-warni. Suasana di taman selalu asri dan dan tenteram. Hingga suatu hari, dia melihat dua ekor ulat berkeliaran di tanamannya.  


“Hey, jangan mengacaukan tamanku.”  Zilfa menghardik.  “Kalian datang dari mana?  Kenapa tiba-tiba muncul di sini?”

            

“Maafkan kami.” Salah seekor ulat menjawab. “Namaku Lili dan ini saudaraku, Lala.  Kami baru saja menetas, berdua tanpa orang tua.  Kami tidak tahu di mana mereka."

            

“Kami perlu makanan dan daun-daun ini cocok untuk mengisi perut,”  kata Lala.


“Tapi, kalian mengganggu tamanku.”  Zilfa cemberut. “Dedaunannya jadi rusak. Tamanku nanti tidak indah lagi.

            

“Kami hanya tinggal di tanaman ini saja. Tanaman yang lain enggak akan diganggu.” ucap Lala. “Tapi, kalau kamu tidak mengizinkan, jangan khawatir. Kami akan segera pergi.”


Kedua ulat itu menunduk sedih. Mereka menuruni batang pohon untuk mencari tempat lain. 

            

Zilfa menghela napas. Sebenarnya, dia tidak suka jika ada ulat-ulat tinggal di bunga. Mereka dapat mengacaukan seluruh taman.  Namun, Zilfa kasihan pada mereka.  Kedua ulat ini masih kecil, tanpa orang tua, dan membutuhkan bantuan.

     


Akhirnya, peri itu mengangguk. “Tunggu dulu. Jangan pergi. Baiklah, kalian boleh tinggal di sini, sampai nanti menemukan tempat baru."        


“Terima kasih!”  Lili dan Lala bersorak riang.

            

Sejak hari itu, kedua ulat menetap di taman. Setiap sore, Zilfa menyiram bunga sambil mengobrol dengan kedua temannya. Lili dan Lala gembira tinggal di sana karena si peri ramah dan bersahabat.

       

Hingga suatu hari, kedua ulat itu menghilang. Zilfa kebingungan dan mulai mencari mereka sekeliling taman.

            

“Lili!  Lala!  Kalian ada di mana?”  Dia berteriak memanggil, tapi tidak ada yang menyahut.

            

Zilfa segera mencari ke seluruh penjuru rumah, meskipun tiada hasil.  Dia bingung, mengapa mereka menghilang?  Lili dan Lala pernah mengatakan kalau mereka betah tinggal di taman. Zilfa pun mulai senang berteman dengan mereka.

            

Si peri kecewa karena kedua ulat pergi tanpa pesan. Padahal, mereka sudah tinggal di taman dan menikmati dedaunan setiap hari. Menurut Zilfa, tidak sopan pergi tanpa pamit terlebih dahulu.


Namun, beberapa hari kemudian muncul kejutan. Suatu hari ketika sedang membaca buku di teras, tiba-tiba dua ekor kupu-kupu datang. Mereka  hinggap pada pot bunga pas di samping kursi si peri.


“Hai, Zilfa, apa kabar?” Salah satu kupu-kupu bertanya sambil tersenyum. “Kamu masih ingat dengan kami?”



Zilfa kaget dan bingung. Dia belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya.  “Ehm, Maaf. Siapa kalian?”

            

“Aku Lili dan ini saudariku, Lala.”  Kupu-kupu itu menjawab. “Kami dulu teman-teman ulatmu.”


Peri itu melonjak kaget. “Oh, kalian sudah berubah menjadi kupu-kupu!”


“Benar, dulu kami ulat yang sering bermain di tamanmu,” ucap Lala. “Dari ulat kami berubah menjadi kepompong, kemudian kupu-kupu.”

            

“Sekarang, kita bertemu lagi.” Lili tertawa riang.  “Menurutmu, cantik sayap-sayap kami?”

            

“Cantik sekali karena berwarna-warni.”  Zilfa mengagumi teman-temannya. “Aku tak menduga kalau kalian ternyata kupu-kupu cantik. Kupikir, kalian hanya ulat biasa yang tinggal di tanaman.”

 

“Kami datang untuk mengucapkan terima kasih.”  Lili terbang mengitari Zilfa. “Kamu telah mengizinkan kami tinggal di sini dan melahap tanamanmu. Karena kemurahan hatimu, kami bisa berubah menjadi kupu-kupu.”


Zilfa hanya mengangguk dan tersenyum. Dia tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Hatinya sangat gembira melihat teman-temannya lagi.  


Sejak saat itu, Lili dan Lala sering mengunjungi Zilfa. Sambil menemani si peri menyirami bunga, kedua kupu-kupu itu beterbangan gembira di taman.

            

Bagaimana dengan tanaman yang dulu dimakan oleh Lili dan Lala? Sebenarnya, ulat-ulat itu hanya memakan daun. Mereka tidak mengganggu batang dan akar. Tanaman itu tetap tumbuh, bahkan lebih subur dari sebelumnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...