Langsung ke konten utama

Balas Budi Becky Pipit

 



Becky, si burung pipit, terbang mengelilingi sarangnya yang berisi tiga butir telur. Dia sedang mencari makan. Sejak selesai membangun sarang kemarin, Becky belum menyantap sedikitpun makanan.


Tiba-tiba dia mendengar keriuhan suara ayam dari kejauhan. Becky segera terbang mencari sumber suara tersebut. Tidak sulit menemukannya karena keriuhan itu menembus udara pagi nan sejuk.  


Tak lama kemudian, dia melihat kandang ayam yang terletak persis di halaman belakang sebuah rumah. Lahannya luas dinaungi pepohonan teduh. 


Para ayam berkeliaran sambil berceloteh. Mereka berkumpul sembari menyantap dedak yang ditaruh dalam wadah makanan.


Becky juga menyukai dedak. Dia segera mendarat di tanah dan mendekati kumpulan ayam. Semua menoleh ketika Becky mendekat.


"Hai, kamu siapa?  Aku baru lihat sekarang."  Seekor ayam menyapa ramah.


"Aku Becky, si burung pipit, kalau kamu?"


"Aku Burik."


Satu per satu dari kumpulan ayam itu memperkenalkan diri. Mereka senang menyambut kedatangan teman barunya.


"Boleh aku mengambil makanan kalian? Aku lapar. Belum makan sejak kemarin."  Becky bertanya sambil memandangi mereka satu persatu.



"Oh, silakan."  Burik tersenyum. "Nona Lusi selalu memberi kami banyak makanan.


"Siapa Nona Lusi?" tanya Becky sembari menyantap makanan ayam dengan lahap. Dedak ini lezat sekali.  


"Pemilik kami," jawab Burik singkat.


Saat Becky asyik menyantap makanan, mendadak pintu rumah terbuka. Seorang wanita muncul. Dia terkejut melihat seekor burung pipit berada di antara ayam-ayamnya.


"Hei, ada yang mengambil makanan ayamku!" Wanita itu memekik. 


Si burung pipit ketakutan dan segera terbang menjauh.


"Ini Nona Lusi, pemilik kami. Kenapa kamu ketakutan?" Burik berteriak pada Becky yang sudah hinggap di batang pohon.  


"Aku khawatir dia marah dan mengusirku." Burung pipit itu cemas "Sebaiknya aku pergi saja sekarang. Terima kasih makanannya, Burik."


Burik mengangguk. "Baiklah."


Si burung pipit pun kembali ke sarangnya.


== 0 ==


Hari demi hari berlalu. Becky masih sering mencari makanan ke kandang ayam, saat Nona Lusi tidak muncul. Si burung pipit senang karena Burik dan teman-temannya tetap bersikap ramah.

 

Hingga suatu hari telur-telur Becky menetas. Tampaklah tiga ekor anak burung. Induknya sangat bahagia dan merawat mereka dengan baik.

 

Setelah anak-anaknya mampu terbang, Becky menceritakan pada mereka tentang Nona Lusi.

 

“Dia mengusir Ibu ketika mengambil makanan ayam?" tanya si Sulung.

 

"Tidak, tapi tetap salah mengambil makanan yang bukan milik kita,” jawab Becky.  “Sekarang Ibu mau membayar makanan yang sudah diambil.”

 

“Maksudnya?”  tanya si Bungsu.



“Ayo, bantu Ibu mengganti makanan ayam Nona Lusi.”

 

“Ibu yakin? Bagaimana caranya?” Bungsu dan kakak-kakaknya kebingungan.

 

Becky menggangguk. “Iya, Ibu yakin. Dengar, ini caranya.”


Induk pipit itu membisikkan rencananya. ”Besok kita mulai, Anak-anak.”


Ketiga anak burung pipit itu saling berpandangan, kemudian tersenyum, dan menggangguk.


Esoknya, mereka  terbang ke beberapa tempat berbeda. Becky dan anak-anaknya mengunjungi rumah, pasar, bahkan tong sampah, untuk mencari biji cabe dan tomat. 


Dengan paruhnya, keempat burung itu membawa biji-bijian yang ditemukan. Kemudian mereka menaburkannya di halaman depan rumah Nona Lusi.

 

Sampai suatu hari, biji-biji cabe dan tomat mulai bertumbuh. Nona Lusi kaget dan bingung melihat halamannya dipenuhi bibit-bibit.

 

“Bagaimana mungkin tanaman ini bisa tumbuh di sini? Aku tidak pernah menabur bijinya.”  Dia heran.

 

"Cit ... cit ... cit ...!”  Di atas pagar, empat ekor burung pipit bernyanyi riang.

 

“Apa dilakukan burung-burung itu di sini?” Nona Lusi bingung melihat mereka.

 

Becky gembira karena biji cabe dan tomat yang mereka tabur mulai tumbuh. Inilah bayaran dari makanan ayam yang sudah dia ambil.

 

“Ayo, tugas kita sudah selesai.”  Becky mengajak anak-anaknya pergi dari tempat itu. “Sekarang, kita terbang mengelilingi daerah ini.”

 

Nona Lusi hanya bisa memperhatikan mereka terbang menjauh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...