Langsung ke konten utama

Pohon Jeruk Istimewa



Kobi, si pohon jeruk, tumbuh subur dan rimbun di taman negeri liliput. Ada banyak pohon di sana, seperti jambu dan mangga. Buah-buah mereka sering dipetik penduduk setempat. Para liliput suka makan buah-buahan karena bagus untuk kesehatan.

 

Namun, dari sekian banyak pohon, ada yang membedakan Kobi dari tanaman lain.  Cuma dia satu-satunya pohon jeruk yang tumbuh di sana. Sementara, pohon buah lain ada beberapa batang.  Jangan heran, Kobi yang menyebabkannya dan dia punya alasan sendiri.

 

Setiap sore, Mino si liliput petani buah, datang ke taman.  Dia mengutip buah-buah yang sudah matang dari pohon. Buah tersebut akan diolah menjadi minuman. Bijinya ditanam kembali. Mino menyiram biji-bijian dengan bubuk ajaib yang hanya dimiliki liliput petani buah. Tujuannya agar kelak bibit tersebut tumbuh menjadi pohon subur.

 

Sore ini, Mino kembali datang ke taman. Ketika dia lewat di depan Kobi, terlihat sebutir jeruk ranum tergeletak di tanah. Mino mengutip, mengupas, dan mengambil bijinya. 

 

“Stop!  Letakkan kembali jeruk itu!”  Tiba-tiba Kobi berteriak.  “Biji-bijinya tidak boleh ditanam lagi.”

 

“Biarlah, Kobi, supaya banyak pohon jeruk di sini,”  saran Mino.

 

“Tidak!  Hanya boleh ada satu pohon jeruk di sini, yaitu aku,”  ujar Kobi.


Pohon mangga yang tumbuh di samping Kobi, bertanya. “Kenapa harus kamu sendirian tumbuh di sini, Kobi?”

 

“Semua liliput yang pernah datang ke sini mengatakan aku pohon istimewa. Menurut mereka, buah-buahku manis,” ucap Kobi. “Aku benar-benar spesial dan hanya satu-satunya.  Kalau ada banyak pohon jeruk, nanti nggak istimewa lagi.”

 


Mino dan pohon mangga saling berpandangan heran.

 

Pohon jambu yang ikut mendengar percakapan itu, berkata.  “Tidak apa-apa banyak pohon jeruk di sini, Kobi.  Buah-buah kita bermanfaat untuk para liliput.”

 

Kobi menggeleng. “Aku mau berbeda dari pohon-pohon lain.  Nggak perlu banyak, buah dari pohonku ini saja cukup memberi manfaat.”

 

“Sudahlah, Teman-teman, kalau dia tak mau jangan dipaksa,”  kata Mino kesal.  Kemudian liliput  itu pergi.

 

Pohon-pohon lain hanya bisa terdiam melihat sikap Kobi. Selama ini si pohon jeruk sudah sering membanggakan dirinya. Buahnya memang terkenal ranum di kalangan warga liliput. Akan tapi, sikap sombong itu membuat kawan-kawannya kesal. Kobi selalu merasa paling istimewa.

 

Waktu pun terus berlalu.  Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Kobi melihat ada pohon mangga dan jambu yang mati. Si pohon jeruk jadi khawatir.  Bagaimana kalau itu terjadi padanya? Kalau dia mati, siapa yang akan menggantikan? Kobi tak mau jeruk menjadi langka, punah, kemudian dilupakan.  Memikirkannya saja sudah sedih.

 

“Kobi, ada apa denganmu? Kenapa wajahmu muram?”  tanya pohon jambu.

 

Kobi menceritakan kekhawatirannya. Pohon jambu mengangguk paham.

 

“Karena itulah kami setuju kalau bibit kami ditanam Mino.” Pohon jambu menjelaskan.  “Semua tumbuhan seperti kita pasti mati suatu hari nanti. Jadi, kalau kita sudah tidak ada, penerusnya telah tersedia.”

 

Kobi hanya termenung mendengar ucapan temannya. Selama ini dia hanya sibuk memikirkan diri sendiri. Kobi selalu merasa tumbuhan terbaik. Namun,  setelah melihat apa yang terjadi dengan pohon lain, Kobi pun ingin punya teman sesama pohon jeruk.

 


Pohon jambu melanjutkan. “Kita menjadi istimewa bukan karena tumbuh sendirian.  Kita istimewa karena membawa manfaat. Sekarang coba kamu pikirkan, manfaat apa yang bisa kita beri untuk lingkungan sekitar?”


Sore hari ketika Mino melintas, Kobi langsung memanggil. Dia sarankan agar si liliput petani buah segera menanam bibitnya.

 

“Bener, nih?” Mino kaget. “Kok, tiba-tiba berubah pikiran?”


Kobi mengangguk. “Aku mau supaya banyak pohon jeruk sini. Kelak, semua liliput dan keturunannya bisa memakan jeruk-jeruk manis.”

 

Mino senang dan segera mengambil buah jeruk Kobi yang sudah matang. Bijinya diambil dan kemudian ditanam. Si liliput segera menyiramnya dengan bubuk ajaib agar kelak tumbuh subur.

 

Sekarang Kobi bisa tersenyum senang. Dia tak perlu khawatir lagi. Pada masa mendatang, akan tumbuh banyak pohon jeruk. Buahnya tidak menjadi langka apalagi punah. Para liliput tetap bisa menikmati buah ranum.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...