Langsung ke konten utama

Teman Bermain Robby Kelinci

 


Pagi ini matahari bersinar cerah setelah kemarin hujan deras. Robby Kelinci bermain riang di halaman rumahnya pada daerah perbukitan. Akhir pekan yang menyenangkan, apalagi sekarang dia jarang bermain di luar karena musim penghujan.


“Ma, boleh ke rumah teman-temanku di kaki bukit?”  tanya Robby dengan mata berbinar.  “Aku sudah lama ingin bermain bersama mereka. Selama ini tidak bisa karena terhalang hujan.”

 

“Boleh, tapi pulanglah sebelum waktu makan siang,” Mama Kelinci mengingatkan.

 

“Beres, Ma. Aku akan pulang tepat waktu.” Robby melonjak gembira.

 

Di bawah sinar matahari yang hangat, si kelinci berjalan riang ke rumah Chippy si Tupai. Sampai di sana dia melihat Chippy sibuk bolak-balik membawa makanan.

 

“Chippy, ayolah kita pergi bermain. Udara sangat cerah,”  ajak Robby.

 

“Maaf, Robby, hari ini aku tidak bisa,”  jawab Chippy.

 

“Kenapa?”  tanya Robby heran.

 

“Hari cerah begini aku harus membantu Mama mengumpulkan buah-buahan,” jawab Chippy.  “Kalau hari hujan, sulit mencarinya.”

 

Robby pun pergi dengan kecewa. Sekarang dia menuju rumah Birdy si Burung Pipit.

 

“Birdy, ayolah bermain denganku,”  ajak Robby lagi.

 


“Waduh, Rob, aku sibuk,”  jawab Birdy.

 

“Sibuk apa?” 

 

“Aku sedang mengumpulkan rumput untuk sarangku. Rumput lebih mudah dikumpulkan pada hari yang cerah. Maaf, ya,”  Birdy segera terbang.

 

Robby pun pergi. Sekarang dia mencoba ke rumah Mossi Tikus Tanah.

 

“Mossi, udara sedang cerah. Kita jalan-jalan, yuk!”

 

“Sepertinya bukan hari ini, Rob,”  tolak Mossi.

 

“Kamu sibuk, ya?”  tebak Robby.

 

“Karena hujan terus-menerus, sarangku kebanjiran. Beda dengan rumahmu yang berada di perbukitan, Rob, aman terus. Beginilah kalau rumah di kaki bukit, sering kebanjiran. Aku harus mencari sarang yang baru. Lain kali, ya, Robby,”  Mossi pun pamit.

 

Robby terduduk lesu. Semua teman-temannya sibuk dengan urusan masing-masing. Hari cerah yang diimpikannya ternyata tak membawa kegembiraan. Apa yang harus dilakukannya sekarang?  Dia enggan bermain sendirian.

 

Tiba-tiba Robby menemukan ide cemerlang. Bergegas kelinci itu pergi ke rumah Chippy.  “Chip, boleh aku bantu mengumpulkan buah-buahan?”

 

“Tentu saja boleh, Robby, sulit kutolak permintaanmu,”  jawab Chippy sambil terkekeh.

 

Berdua mereka membawa buah-buahan ke rumah Chippy.  Karena dibantu Robby pekerjaan itu lebih cepat selesai.

 

“Terima kasih, Rob, karena bantuanmu pekerjaanku jadi lebih ringan,” kata Chippy.  “Tapi maaf, aku tetap tidak bisa bermain denganmu. Aku agak lelah.”


“Tak apa, Chippy.  Membantumu saja aku sudah senang,” jawab Robby. “Lain kali kita bisa bermain bersama.  Aku permisi dulu.”

 


Sekarang dia menuju ke sarang Birdy. “Bird, mau kubantu memperbaiki sarang?”

 

“Memangnya kamu bisa terbang?” tanya Birdy bingung.

 

“Jelaslah nggak bisa.” Robby tersenyum. “Tapi, aku bisa mengumpulkan rumput yang bertebaran di tanah. Kamu tinggal membawanya terbang ke sarangmu. Jadi, tak perlu lagi repot mencari.”

 

“Ide bagus.  Aku setuju,”  ucap Birdy.

 

Robby cekatan mengumpulkan rerumputan yang berserakan di tanah. Birdy tinggal membawa terbang ke sarang. Pekerjaan itu pun selesai lebih cepat.

 

“Terima kasih, atas bantuanmu sarangku lebih nyaman sekarang,”  ucap Birdy. “Pekerjaanku pun jadi cepat selesai. Tapi maaf, aku tidak sanggup menemanimu bermain.  Aku ingin istirahat.”

 

“Tidak apa-apa, Birdy. Senang membantumu,”  Robby pamit dan segera pergi ke tempat Mossi.  

 

“Mossi, tadi kamu ingin mencari sarang baru, kan?”  tanya Robby.

 

“Benar, Rob,”  jawab Mossi. “Tahu tempat yang cocok?”

 

“Aku melihat di daerah perbukitan ada tempat pas untukmu,” saran Robby.  “Letaknya dekat rumah Chippy.  Di sana banyak pepohonan.  Pasti teduh.”


“Oya?  Kalau begitu, ayo, kita lihat,” ajak Mossi bersemangat.

 

Sampai di sana, Mossi senang melihat daerah perbukitan tersebut. “Daerah ini cocok untukku, Robby. Kenapa tidak terpikirku selama ini? Apalagi aku bertetangga dengan Chippy.  Kami pasti lebih sering bertemu.”

 

Robby mengangguk-angguk senang mendengarnya.

 

Mossi melanjutkan, ”Karena tugasku sudah selesai, kita bisa bermain sekarang.”

 

Robby melihat matahari telah tinggi, “Maaf, Mossi, sepertinya tidak bisa.  Hari sudah siang. Mamaku pasti menunggu di rumah untuk makan siang bersama.  Mungkin lain waktu.”

 

Mossi mengangguk.  “Oh, baiklah.  Rob, tidak apa-apa."

 

Robby segera pamit.

 

Sampai di rumah ternyata Mama Kelinci telah menunggu. “Bagaimana, Robby?  Menyenangkan kegiatan dengan teman-temanmu hari ini?”

 

“Tentu, Ma. Kami semua senang,“  jawab Robby.

 

Mama Kelinci tersenyum mendengarnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...