Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Impian Sehelai Kemeja

Di sebuah kota, ada toko baju Flamboyan yang menjual berbagai jenis pakaian. Di dalam toko terpajang beragam gaun, kemeja, seragam, rok, dan sejenisnya. Banyak orang berkunjung ke sana pada siang hari. Mereka sibuk memilah-milih busana di rak yang tersusun rapi. Ketika malam tiba, saat semua orang sudah pulang, para pakaian saling mengobrol. Mereka bercerita tentang kejadian yang dilihat hari itu. Ada beragam kisah yang diobrolkan, mulai dari cerita tentang pakaian terjual, atau pengunjung yang datang silih berganti. Salah satu pakaian itu bernama Kino si kemeja. Setiap malam teman-temannya selalu bersemangat mendengarkan ceritanya. Kino punya banyak lelucon yang membuat kawan-kawan betah mengobrol lama dengannya. Hari ini Tita si gaun bertanya padanya. “Kino, punya impian mau jadi baju seperti apa? Boleh, kan, kalau baju punya impian?” Kino tersenyum. “Boleh saja. Bukan cuma orang yang punya impian. Aku ingin pemilikku bangga mengenakanku. Dia tampak rapi kalau memakaiku. Pokok...

Pesta Kebun Poppy Kelinci

Pagi itu matahari bersinar hangat di desa Fauna.  Poppy Kelinci berjalan riang sambil membawa undangan pesta kebun. Poppy adalah penghuni baru di sana. Namun, dia sudah mengenal banyak warga. Supaya lebih akrab, Poppy akan mengadakan pesta kebun. Dia mau mengundang semua teman barunya. Sekarang si kelinci hendak mengantarkan undangan pada mereka. Dia tiba di rumah Fina Tupai yang saat itu sedang duduk di teras rumah.    “Hai, Poppy, ada apa?  Ayo, masuk,”  sapa Fina. “Tidak usah. Aku sebentar saja, Fin, mau mengantar ini,”  kata Poppy sambil menyodorkan selembar undangan. “Datang, ya, ke pestaku.” Fina melihat isi undangan itu.  “Oh, tentu saja.  Senang bisa berkumpul dengan warga sini di acaramu.” Kemudian Poppy pamit dan meneruskan perjalanannya.  Sekarang ia menuju rumah beberapa rumah lagi. Teman-temannya menyambut gembira undangan tersebut. Akhirnya, di tangan Poppy tinggal sehelai undangan lagi untuk Diko Kelelawar. Poppy bingung, seben...

Penantian Akhir Pekan

Menunggu memang membosankan. Karena itu,  Milly sering menghindar kalau disuruh menunggu. Anehnya, dia lebih sering menunggu daripada cepat memperoleh keinginannya. Seperti hari ini, wajahnya muram menyimpan kekesalan. Tadi Mama menelepon dari luar kota hanya untuk memberi kabar yang membuatnya kesal.  Kepulangan Papa Mama ditunda dua hari lagi. Artinya, akhir pekan terlewat tanpa acara berwisata. Di rumah memang ada Tante Kania, adik Papa, yang datang untuk menemani.  Namun,  Milly tetap ingin orangtuanya cepat pulang. “Tapi, sudah janji pulang hari ini,”  tangis Milly hampir pecah.  Ponsel Tante Kania di tangan terasa dingin, sedingin kesedihannya.  “Terus, besok kita mau jalan-jalan.” “Sabar ya, Milly,”  bujuk Mama dari seberang telepon.  “Mendadak besok ada tambahan acara.  Tunggu saja di rumah dengan Tante Kania.” Mendengar kabar dari Mama, Milly sudah membayangkan dua hari yang membosankan. Dia hanya berdua dengan Tante Kania m...

Peri Hujan

Siang ini, Peri Fiora duduk di teras rumah dengan wajah murung. Tangannya menopang dagu. Dahi mengernyit seperti memikirkan sesuatu. Angin yang berhembus sepoi-sepoi tak mampu mengubah ekspresi muram. “Kamu kelihatan sedih. Ada apa?”  Peri Muti, tetangganya, menghampiri dan duduk pas di sampingnya . “Aku bingung. Ratu Peri memberiku tugas sebagai peri hujan,” jawab Fiora. “Kemudian, dia menyuruhku menurunkan hujan di desa Liliput dan Kurcaci.” “Dulu aku pun diberi tugas yang sama.  Menyenangkan, kok,” ujar Muti. “Aku tak mau menurunkan hujan di sana.” Fiora kesal.  “Kenapa?” “Sepupuku, Lola, tinggal di desa Liliput. Sedangkan temanku,  Kimo, berada di desa Kurcaci,” sahut Fiora. “Hujan sering membuat Lola sakit dan rumah Kimo kebanjiran.” Muti mengerutkan dah i seperti mengingat sesuatu. “Maksudmu, Lola yang rumahnya di samping Taman Pelangi? Liliput berambut panjang dan suka pakai bando?” Fiora mengangguk. “Kenal?” “Kenallah, aku sering berkeliling desa selama menja...

Angin dan Buah Mangga

Fiko, si angin, telah berkelana melewati banyak daerah. Dia sudah melihat berbagai tempat menarik. Ada desa peri yang indah atau si mungil kota liliput. Fiko sering memperhatikan para penghuninya. Dia senang apabila menemukan penduduk yang rajin dan mau menolong teman.   Hari ini Fiko teringat pada Dudi Kurcaci. Dulu dia sering memperhatikan anak yang baik dan tekun itu. Sudah lama Fiko tak mengunjunginya di desa Kurcaci. Sedang mengerjakan apa dia saat ini? Si angin segera berhembus menuju ke sana. Dia ingin mengetahui bagaimana keadaan Dudi sekarang.   Sesampai di desa Kurcaci, Fiko melihat Dudi sedang menyapu dedaunan di halaman Pak Doni Kurcaci. Rupanya, selama liburan, anak kurcaci itu membersihkan rumah Pak Doni. Dudi rutin mengerjakannya pada hari libur. Dari kegiatan tersebut tentu saja Dudi mendapat uang saku. Lumayan juga untuk menambah tabungan.   Sambil menyapu, Dudi memandangi pohon mangga yang sedang berbuah banyak dengan mata berbinar. Buahnya rimb...