Di sebuah kota, ada toko baju Flamboyan yang menjual berbagai jenis pakaian. Di dalam toko terpajang beragam gaun, kemeja, seragam, rok, dan sejenisnya. Banyak orang berkunjung ke sana pada siang hari. Mereka sibuk memilah-milih busana di rak yang tersusun rapi.
Ketika malam tiba, saat semua orang sudah pulang, para pakaian saling mengobrol. Mereka bercerita tentang kejadian yang dilihat hari itu. Ada beragam kisah yang diobrolkan, mulai dari cerita tentang pakaian terjual, atau pengunjung yang datang silih berganti.
Salah satu pakaian itu bernama Kino si kemeja. Setiap malam teman-temannya selalu bersemangat mendengarkan ceritanya. Kino punya banyak lelucon yang membuat kawan-kawan betah mengobrol lama dengannya.
Hari ini Tita si gaun bertanya padanya. “Kino, punya impian mau jadi baju seperti apa? Boleh, kan, kalau baju punya impian?”
Kino tersenyum. “Boleh saja. Bukan cuma orang yang punya impian. Aku ingin pemilikku bangga mengenakanku. Dia tampak rapi kalau memakaiku. Pokoknya, aku mau jadi baju bermanfaat.”
“Aku yakin kamu pasti bisa,” ucap Tita. “Kamu itu baju yang punya corak unik dan warna kebiruan yang bagus.”
Teman-teman lain juga setuju. Selain menyenangkan, Kino memang baju yang menarik. Mereka yakin cita-citanya akan tercapai.
Beberapa hari kemudian Kino dibeli seorang anak bernama Andri. Kemeja itu segera mengucapkan salam perpisahan pada teman-temannya. Mulai sekarang dia akan tinggal di rumah pemilik baru.
Andri sering mengenakan Kino ke acara keluarga atau pesta ulang tahun teman. Banyak yang memuji kemeja Kino. Kata mereka, Andri kelihatan lebih rapi dengan baju barunya.
Si kemeja bukannya bangga, dia justru berpikir kalau pujian itu berlebihan. Menurut Kino, Andri tetaplah anak yang manis dan rapi walaupun tak mengenakannya.
Setelah berbulan-bulan dipakai Andri, warna Kino mulai kusam. Sekarang dia lebih sering disimpan di lemari. Kino kesal berada di tempat tertutup karena membuatnya beraroma apak. Dia lebih suka berada ruangan terbuka sambil menatap sinar matahari, atau melihat rinai hujan.
Kino ingat percakapannya dulu dengan Tita si gaun. Dia ingin jadi baju yang bermanfaat, bukan hanya disimpan di lemari. Akan tapi, siapa yang mau memakai baju lusuh?
Hingga suatu hari Mama Andri merapikan lemari pakaian. Mama menemukan Kino dan segera memanggil puteranya.
“Dri, ini baju yang Mama tanya kemarin,” ucap Mama. “Bagaimana kalau kita beri saja untuk Paman Hendra? Sepertinya cocok untuk keperluan pamanmu.”
“Mama, kok, memberi baju begitu untuk Paman? Warnanya pun sudah pudar.” tanya Andri kaget. “Masih banyak baju lain yang lebih bagus.”
“Bukan untuk dipakai sendiri,” kata Mama. “Kemarin Paman menelepon. Katanya, kalau punya baju bekas bawa saja ke tempat mereka. Ada yang mau dikerjakan dengan baju-baju ini.”
Ternyata esok hari Andri sekeluarga hendak berlibur ke tempat Paman Hendra. Kino dan beberapa baju bekas lain dimasukkan ke kantong plastik. Semua baju bingung. Mau dikemanakan mereka?
Dari dalam kantongan, Kino melihat mobil keluarga Andri berjalan meninggalkan rumah. Mereka menempuh perjalanan jauh dan melewati pepohonan menuju daerah pedesaan.
Hampir sejam kemudian, mobil itu berhenti di sebuah rumah berhalaman luas. Paman Hendra, Tante, serta anak-anak mereka sudah menunggu kedatangan rombongan Andri di teras. Reuni keluarga itu berlangsung meriah.
Setelah berada di dalam rumah, Andri menyerahkan bungkusan berisi pakaian bekas. “Paman, ini baju pesanannya.”
Paman langsung melihat isi kantongan. “Nah, baju-baju ini cocok untuk rencana Paman.”
“Untuk apa, Paman?” tanya Andri penasaran.
“Nanti kamu juga tahu,” jawab Paman Hendra. “Sekarang istirahat dulu, besok kita kerjakan bersama.”
Esok hari, Andri beserta paman dan sepupu-sepupunya, berjalan menuju areal persawahan. Ternyata di sana paman membuat orang-orangan sawah dari baju-baju bekas.
Sawah mulai menguning dan panen hampir tiba. Jadi, dibuatlah orang-orangan sawah untuk mengusir burung-burung yang berdatangan. Baju-baju bekas akan menjaga bulir-bulir itu dari gangguan mereka.
Kino senang berada di tempat ini daripada di dalam lemari lembab. Dia tidak khawatir pada hujan dan panas terik matahari. Kino gembira karena telah mencapai apa yang diinginkan, yaitu menjadi baju bermanfaat.
Ketika masih berpenampilan bagus, dia membuat Andri lebih rapi. Sekarang setelah kusam, Kino tetap bermanfaat sebagai orang-orangan di sawah Paman Hendra.
Komentar
Posting Komentar