Langsung ke konten utama

Pesta Kebun Poppy Kelinci




Pagi itu matahari bersinar hangat di desa Fauna.  Poppy Kelinci berjalan riang sambil membawa undangan pesta kebun.


Poppy adalah penghuni baru di sana. Namun, dia sudah mengenal banyak warga. Supaya lebih akrab, Poppy akan mengadakan pesta kebun. Dia mau mengundang semua teman barunya. Sekarang si kelinci hendak mengantarkan undangan pada mereka.


Dia tiba di rumah Fina Tupai yang saat itu sedang duduk di teras rumah. 
 

“Hai, Poppy, ada apa?  Ayo, masuk,”  sapa Fina.


“Tidak usah. Aku sebentar saja, Fin, mau mengantar ini,”  kata Poppy sambil menyodorkan selembar undangan. “Datang, ya, ke pestaku.”


Fina melihat isi undangan itu.  “Oh, tentu saja.  Senang bisa berkumpul dengan warga sini di acaramu.”


Kemudian Poppy pamit dan meneruskan perjalanannya.  Sekarang ia menuju rumah beberapa rumah lagi. Teman-temannya menyambut gembira undangan tersebut.
Akhirnya, di tangan Poppy tinggal sehelai undangan lagi untuk Diko Kelelawar.


Poppy bingung, sebenarnya ia enggan mengundang Diko. Menurutnya, si kelelawar itu angkuh dan jarang bergaul. Akan tapi, Diko juga warga desa ini. Sebenarnya, tak baik kalau diabaikan.  Namun, Poppy sudah terlanjur kesal dengan sikap Diko.


Beberapa hari yang lalu dia datang ke rumah Diko untuk berkenalan.  Sampai di sana Poppy mengetuk pintunya berkali-kali.  Namun, tak ada jawaban. Kelinci itu tersinggung, pasti Diko enggan bertemu dengannya. 


Huh, sombong sekali. Apalagi setahu Poppy, si kelelawar tak pernah berkumpul dengan penduduk desa.  Dia cuma mengurung diri di rumah.


Poppy memandang undangan di tangannya. Biarlah Diko tak usah diundang. Kelinci itu pun melangkah pulang.





Setiba di kediaman, Poppy bertemu Kobi Tikus.  tetangga pas sebelah rumahnya.  


“Bagaimana, sudah selesai menyebarkan undangan?”  tanya Kobi.  “Kulihat masih ada selembar lagi di tanganmu.  Untuk siapa itu?”


“Diko Kelelawar, kupikir sebaiknya dia tak perlu diundang,”  jawab Poppy.


“Diko teman kita juga, lho,”  Kobi mengingatkan.


“Si Sombong itu tak perlu datang ke pestaku,”  kata Poppy kesal.


“Kenapa kamu bicara begitu?  Selama ini dia baik-baik saja dengan kami,” ujar Kobi.


Poppy menceritakan tentang kedatangannya ke rumah Diko.


“Dia juga tak pernah mengobrol dengan kita,”  kata Poppy.  “Setiap hari hanya menyendiri saja di rumah. Teman seperti apa itu?”


“Tunggu dulu. Jam berapa kamu datang ke rumahnya?” tanya Kobi.


“Siang hari.”


Si Tikus mengangguk paham. “Tentu saja tidak ada yang membuka pintu rumah.  Kamu lupa kalau dia kelelawar? Hewan seperti Diko tidur di siang hari.  Mereka bangun ketika hari mulai gelap.”


Poppy terkejut. “Maksudmu?”


“Kalau malam tiba, Diko sering keluar dan bertemu dengan warga sini. Siang hari dia masih tidur,” ucap Kobi. “Kamu saja yang kalau malam mengurung diri di rumah.  Pantas kalian tak pernah bertemu.”


Poppy mengerti sekarang. Ketika malam tiba dia memang tak pernah keluar karena membaca buku di rumah. Setelah itu, dia langsung tidur. Berbeda dengan kebiasaan Diko Kelelawar yang justru berkeliaran.  Wajar saja kalau mereka belum pernah bertemu.


“Datanglah ke rumahnya menjelang malam,”  saran Kobi. “Mungkin dia sudah bangun.”


Poppy melihat undangan di tangannya.  “Baik, akan kucoba.”  


Hari mulai gelap ketika Poppy datang ke rumah si kelelawar.  Benar saja, lampu rumah Diko sudah menyala.




Tok, tok, tok!  Kelinci itu mengetuk pintu dan tak lama kemudian pintu terbuka.  Tampaklah sosok kelelawar tersenyum ramah.


“Selamat malam, Diko, saya Poppy, warga baru di sini,”  sapa Poppy.


“Oya, Poppy, kita belum pernah ketemu. Tapi, teman-teman sudah cerita banyak tentangmu,”  ujar Diko.  “Ada apa? Silahkan masuk.”


“Tidak usah, saya sebentar saja,”  ujar Poppy sambil memberikan sehelai undangan.  “Lusa saya mengadakan pesta kebun.  Datanglah, acaranya diadakan sore hari.”


Diko membaca undangan itu.  “Tentu saja saya datang.  Cuma agak malam baru bisa ke sana.”


“Tidak apa-apa. Yang penting kita warga sini berkumpul bersama di acaraku.”  Poppy mengangguk paham.


Kemudian kelinci itu pamit. Di perjalanan pulang Poppy bersiul-siul riang karena sudah mengundang semua teman. Hatinya yang sempat kesal sudah tergerus bersama angin senja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...