Langsung ke konten utama

Penghuni Baru Pohon Cemara


Ada sebatang pohon cemara bernama Lulu. Dia tinggal di halaman rumah luas bersama Tata, si pohon jambu air. Walaupun hanya berdiam di pekarangan, keduanya tidak pernah kesepian. Hampir setiap hari ada serangga atau burung-burung berkeliaran dekat mereka.



Lulu dan Tata tidak terganggu dengan kehadiran hewan-hewan. Mereka senang karena suasana halaman menjadi ramai. Serangga dan burung yang berdatangan nyaman dengan keramahan pohon-pohon itu. Teman-teman baru pun terus bertambah untuk Lulu dan Tata.


Semua aman dan tenteram, hingga suatu hari datanglah beberapa ekor nyamuk pada Lulu.


“Hai, Pohon Cemara, kenalkan aku Ino dan ini teman-temanku,” kata nyamuk itu. “Kami mau bertanya padamu.”


“Panggil saja aku Lulu. Ada yang bisa kubantu?” tanya Lulu ramah.  


Nyamuk itu melanjutkan, “Boleh kami tinggal di dahan-dahanmu? Kami suka tempat berdaun rimbun seperti pohonmu.”


Lulu berpikir sejenak. Selama ini sudah banyak burung membuat sarang di dahannya. Dia tidak pernah menolak. Namun, belum pernah ada nyamuk yang datang. Lulu agak ragu, apakah nanti mereka tidak mengganggu? 


Dia ingin berpikir sejenak, tapi rasa iba muncul melihat keadaan Ino dan kawan-kawannya. Mereka kebingungan mencari tempat berteduh. Nyamuk adalah mahluk hidup seperti teman-temannya yang lain. Kenapa harus melarang mereka?


“Baiklah, kalian boleh tinggal di sini.” Akhirnya Lulu setuju.  


“Terima kasih, Lulu!” Para nyamuk bersorak gembira.





Diam-diam Tata berbisik, “Jangan diberi izin nyamuk-nyamuk itu tinggal di pohonmu, Lu.”

“Kenapa?” tanya Lulu bingung.


“Manusia tidak suka dengan mereka. Katanya, nyamuk-nyamuk sering menggigit dan akan membawa penyakit." Tata menjelaskan.


“Kayaknya mereka baik-baik saja, kok. Kita nggak boleh berprasangka buruk,” ujar Lulu. “Apa kamu sudah lihat buktinya?”


“Aku memang hanya dengar cerita dari kupu-kupu dan jangkrik,” jawab Tata dengan suara lirih. “Semoga saja mereka tidak mengganggu pemilik rumah ini.”


Setelah diizinkan tinggal, Ino datang dengan membawa banyak teman. Mereka berkerumun di balik dahan-dahan Lulu. Nyamuk suka dengan tempat gelap dan lembab seperti dedaunan cemara. Kehadiran mereka membuat pohon itu menjadi ramai dan bising. Akibatnya, sekarang Lulu kewalahan.


“Aduh, suara kalian berisik,” katanya. “Tenanglah!"


“Maaf, kami memang agak ribut kalau sedang berkumpul,” ucap Ino. “Nanti kusuruh mereka diam.”


Akan tetapi, tidak mudah menyuruh para nyamuk diam. Mereka selalu berdengung dan berkeliaran. Lulu jadi kesal karena tak bisa beristirahat. Kalau begini terus, lebih baik dia menyuruh nyamuk-nyamuk itu pergi.


“Izinkanlah kami tinggal di sini sebentar saja,” kata mereka setelah mendengar keluhan Lulu. “Setelah mendapat tempat baru, kami akan pindah.”


Namun, para nyamuk tidak menepati janjinya. Setiap hari, semakin banyak penghuni baru berdatangan. Pohon cemara itu berpikir, bagaimana caranya agar mereka pergi?


Akhirnya, Lulu menemukan ide. Ketika angin bertiup, dia mengibaskan daun-daunnya sekuat tenaga untuk mengusir mereka. Namun, usaha itu sia-sia. Ino dan kawan-kawan tidak terganggu dan tetap betah menetap di sana.


“Bagaimana mengatasinya, Tata?” Lulu kebingungan.


Tata menghela napas. “Aku juga tidak tahu harus bagaimana lagi. Sulit menyuruh mereka pergi.”


Lulu dan Tata sering menegur para nyamuk agar jangan berkumpul lagi di pohon cemara. Meskipun sudah ditegur, Ino dan kawan-kawan tidak perduli.


Hingga suatu hari pemilik rumah mendatangi Lulu dan semua tumbuhan di pekarangan. Mereka membersihkan halaman, mencabut rumput-rumput liar, dan memangkas dahan-dahan pohon. Lulu ikut dipangkas. Begitu dahannya dibersihkan, para nyamuk langsung kabur beterbangan.




Lulu sebenarnya tidak suka kalau dahannya dipotong. Tumbuh rimbun membuatnya tampak kokoh. Namun, sekali ini dia senang karena para nyamuk langsung kabur. Sekarang pohon cemara itu bisa tersenyum gembira.


Melihat itu Tata berkomentar. “Baguslah, Lu, nyamuk-nyamuk sudah pergi dari dahanmu.”


“Iya, untung saja pemilik rumah membersihkan halamannya. Kalau tidak, kita terus terganggu dengan suara dengungan mereka,” ujar Lulu.


“Berarti penghuni rumah mulai terganggu dengan nyamuk yang berkeliaran. Kulihat banyak yang beterbangan masuk ke rumah,” ucap Tata.


“Aku menyesal tak mendengar nasehatmu dulu agar menolak permintaan Ino,” kata Lulu. “Bahkan aku menuduhmu berprasangka buruk. Ternyata mereka benar-benar membuat kita kerepotan.”


Tata tersenyum. “Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kita sudah tahu sifat para nyamuk. Lain kali, larang mereka tinggal di dahan-dahan kita.”


“Iya dan mulai sekarang akupun mau berhati-hati memilih teman,” ujar Lulu. “Aku hanya memilih teman yang baik dan tidak suka mengganggu.”


Tata pun mengangguk setuju.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...