Langsung ke konten utama

Rumah Kosong dan Teman-temannya

 


Hompy adalah sebuah rumah mungil di pinggiran kota. Sudah beberapa bulan ini dia tak berpenghuni. Namun, Hompy tidak pernah merasa kesepian. Dia mempunyai sekelompok teman mungil, yaitu kawanan semut.


Para semut tinggal di gundukan tanah tak jauh dari lokasi Hompy. Dari tempatnya, rumah itu sering memperhatikan kawan-kawannya bergotong-royong mengumpulkan makanan. Hompy senang melihat semangat dan kekompakan mereka.


Suatu hari, para semut melihat Hompy bersedih. Tidak biasanya dia berwajah muram. Walaupun hanya rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan, tapi Hompy enggan mengeluh.


“Ada apa, Hompy, mengapa wajahmu murung?” tanya Muti Semut.


“Beberapa hari ini, dinding belakangku ditumbuhi tanaman merambat liar, Muti,” jawab Hompy. ”Kalau dibiarkan terus, tak lama lagi seluruh dindingku ditutupi tanaman itu. Aku akan semakin kotor dan suram.”


Muti dan teman-temannya segera melihat ke halaman belakang. Ternyata memang benar, ada tanaman liar yang merambat di dinding. Kalau dibiarkan, dia akan terus merayap di tembok.


“Hai, tolong jangan ganggu teman kami!” seru Muti pada tanaman itu. “Carilah tempat lain untuk bertumbuh. Dia tak suka ada yang merambat di dindingnya.”


Tanaman liar yang bernama Gressy itu menjawab. “Terserah aku mau tumbuh di mana. Tidak ada yang bisa melarangku.”


“Tapi, kamu membuat temboknya jadi lusuh,” ujar Mimi Semut. “Dia teman baik kami. Janganlah kamu membuatnya sedih.”


Akan tetapi, Gressy tetap membandel. Dia menolak beranjak dari tempat itu. Akhirnya, Muti dan kawan-kawannya menyampaikan kabar ini pada Ratu Semut.



“Kita harus menolong Hompy, Ratu,” kata Muti. “Dia tidak pernah melarang kami melintas di halamannya. Kami juga boleh bermain-main di sana. Dia hanya meminta supaya jangan mengotori halaman. Sekarang tanaman liar itu mulai membuat masalah.”


Ratu mengangguk paham. “Saya punya solusi. Agar tanaman liar itu berhenti bertumbuh, kita harus mencabut kemudian memindahkannya.”


“Tapi, bagaimana caranya?” tanya Mimi Semut. “Kami tak mampu menarik akarnya.”


“Kita minta tolong pada Mossi Tikus,” jawab Ratu. Mossi adalah teman mereka. “Dia punya tenaga yang lebih kuat. Coba kita tanya. Mungkin dia bisa.”


Para semut setuju. Mereka segera menuju ke sarang Mossi. Sesampai di sana, kawanan itu langsung menyampaikan pesan Ratu Semut.


Mossi setuju untuk membantu karena Hompy adalah temannya juga. Dia pun sering bermain-main di halaman rumah itu. Hompy tidak pernah melarang selama Mossi tak membuat kekacauan.


Tikus itu segera datang ke halaman belakang dan menarik dahan Gressy dari tanah. Gressy terkejut dan murka dengan tindakan si tikus.


“Hei, apa yang kamu lakukan?” Gressy berteriak marah. “Jangan tarik dahanku. Kamu mau memakannya?”


“Aku tak suka makan dahanmu. Aku hanya mau menolong temanku, supaya kamu jangan tumbuh terus di sini. Kamu sudah mengganggunya. Aku akan memindahkanmu ke tempat lain,” jawab Mossi.


Gressy benar-benar kesal. “Kalau kamu memindahkanku, maka aku bisa tumbuh di tempat lain. Cuma. jangan senang dulu. Teman-temanku yang lain mungkin akan tumbuh kembali di sini.”


“Kami akan selalu mengawasi kalian. Kalau terus bertumbuh dan mengacau, akan kutarik lagi.” Mossi memperingatkan. “Jangan membuat Hompy bersedih.”


Tikus itu menarik dan membawa batang Gressy ke lahan kosong dan bersemak. Tanaman liar itu sempat layu sejenak, tapi kemudian dia mampu beradaptasi dan tumbuh kembali. 


Di lahan kosong itu, ternyata Gressy lebih bahagia. Ada banyak temannya sesama rumput liar hidup berkelompok di sana. Sekarang dia punya teman mengobrol setiap hari.


Hompy berterima kasih atas pertolongan Mossi dan para semut. Sekarang dinding belakang rumahnya sudah bersih. Tidak ada lagi tanaman liar yang menggerogoti dan membuat kumuh.



Mossi dan para semut ternyata tidak perlu repot mengawasi Gressy dan teman-temannya. Beberapa hari kemudian datang keluarga baru menghuni rumah itu.


Mereka rajin membersihkan halaman. Dinding-dinding Hompy pun dicat kembali. Rumah itu senang sekali karena sekarang penampilannya lebih rapi.


Mossi dan kawanan semut juga senang karena Hompy sudah menjadi kediaman yang bersih. Namun, sejak ada penghuni baru mereka tidak bebas lagi berkeliaran di sana. 


Tetapi tidak masalah, masih banyak tempat bermain di lokasi lain. Bagi mereka, yang penting Hompy sudah riang seperti dulu lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...