Dari beragam tanaman yang tumbuh di halaman rumah, Mawar merupakan bunga terindah. Karena keindahannya, teman-teman bunga lain sering memuji.
“Mawar, kelopakmu sangat merona. Cantik! Kamu pasti bangga memilikinya,” kata Lili.
“Ah, kamu juga tidak kalah cantik, kok, Lili,” jawab Mawar merendah.
“Tapi, kamu berbeda, Mawar. Hampir semua orang mengenal bunga Mawar. Kalau kami belum tentu dikenali,” kata Anyelir.
“Kebetulan banyak saudaraku tumbuh di berbagai tempat. Jadi orang lebih mudah melihat dan mengenali kami,” Mawar tetap menjawab dengan tenang dan lembut.
Walaupun Mawar tahu bahwa dia indah dan dikagumi orang, tapi bunga tersebut tidak pongah. Oleh sebab itu, bunga-bunga lain tetap senang berteman dengannya.
Akan tetapi, hari ini terjadi sesuatu yang kurang mengenakan. Mawar melihat bunga-bunganya mulai layu, menguning, dan kemudian gugur.
Awalnya Mawar sedih, meskipun cuma sebentar. Dia sudah biasa melihat bunganya layu. Nanti akan bertumbuh lagi kuncup baru.
Dia pun sekaligus merapikan dedaunanku. pada sore hari, Santi si pemilik rumah, datang dengan membawa gunting tanaman. Dia mendekati Mawar dan mengamatinya.
“Duh, Mawarku ini terlihat berantakan. Aku harus merapikannya,” kata Santi.
“Merapikan? Maksudnya, gimana?” tanya Mawar ketakutan.
Tentu saja Santi tidak mendengarnya. Dia tidak paham bahasa bunga.
Wanita itu meraih dahan-dahan yang sudah layu dan langsung memotongnya. Mawar menjerit!
Bunga-bunga lain terkejut. Mereka berteriak dan berusaha mencegah Santi.
“Santi, stop! Stop!” pekik mereka beramai-ramai.
Namun sia-sia saja. Santi tidak mendengar suara mereka. Dia terus memotongi dahan-dahan Mawar.
“Nah, sudah selesai sekarang,” ujar Santi sambil membersihkan gunting tanamannya. “Bunga Mawarku akan tetap cantik.”
“Cantik bagaimana?” tanya Dahlia kesal. “Dahan-dahannya hampir habis begitu.”
Dia kasihan melihat Mawar yang meringis, apalagi sekarang daunnya agak gundul.
Setelah Santi pergi, Mawar cuma bisa meratapi dahan-dahannya yang sudah berhamburan di tanah. Air matanya menetes dari batang yang dipotong.
Setelah bunga-bunganya berguguran kini, pohonnya dipangkas. Tampilannya sekarang semakin berantakan.
Teman-temannya pun cuma bisa menghiburnya. “Mawar, sabar ya. Sebentar juga luka-luka dahanmu pasti sembuh.”
Mawar hanya bisa mengangguk sambil mengusap air matanya. Pohon yang selama ini dibanggakan, kini kacau balau tanpa menyisakan keindahan.
Hingga beberapa minggu kemudian, Mawar merasa ada yang aneh dengan ujung dahan-dahan yang dipotong Santi.
“Mawar!” teriak Dahlia. “Lihat, ada sesuatu yang muncul dari bekas dahan-dahan yang dipotong kemarin.”
“Benar, Dahlia, sepertinya muncul tunas baru,” kata Mawar.
Perlahan-lahan timbul tunas muda berwarna kemerahan. Beberapa hari kemudian tunas-tunas itu menghijau dan muncullah kuncup bunga baru.
“Aku akan punya bunga-bunga baru lagi,” kata Mawar riang dan mulai melupakan kesedihannya kemarin.
Benar saja! Tak lama kemudian Mawar pun kembali memiliki banyak bunga indah.
“Sekarang aku tahu,” kata Mawar. “Santi memang sengaja memotong dahan-dahanku. Sekaligus dia mau merapikan dedaunanku. Dari dahan yang dipotong, akan keluar tunas baru.”
“Benar, Mawar, pohonmu sekarang tidak terlalu rimbun dan lebih rapi,” ujar Dahlia. “Setelah dipotong bunga-bungamu lebih banyak bermunculan. Sekarang kamu kelihatan lebih indah.”
“Mawar, dulu kamu sempat sedih karena pohonmu dipangkas. Lihatlah, apa yang terjadi sekarang,” kata Anyelir.
“Kamu tetap bunga terindah di halaman rumah ini,” puji Dahlia.
“Air matamu kemarin tidak jatuh dengan sia-sia, Mawar,” sambung Lili.
Mawar tersenyum. Andai tahu kalau hasilnya seperti ini, tentu dia tidak akan terlalu sedih kemarin. Sekarang Mawar paham, dalam setiap kesusahan dan kesedihan, ada hikmah untuk kebaikan pada masa yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar