Langsung ke konten utama

Keluarga Hutan Rimba



Di dalam sebuah hutan rimba, tinggallah seekor harimau yang sudah tidak memakan daging lagi. Harimau itu berbeda karena enggan memangsa hewan-hewan lain.


Menurut cerita yang beredar, hewan-hewan hutan menemukannya sendirian ketika masih kecil. Tanpa ibu, dia berkeliaran ketakutan mengelilingi belantara. Ada dugaan, ibu harimau sudah mati, maka tinggallah anaknya sendirian.


Awalnya, hewan-hewan hutan ketakutan melihatnya. Namun, anak harimau menangis kelaparan. Akhirnya, semua hewan menjadi iba.  Dipimpin oleh kancil,  mereka menemui harimau mungil. Ternyata hewan loreng itu senang melihat teman-teman barunya. 


Para hewan hutan merawat harimau seperti anak sendiri. Harimau pun mengikuti semua kebiasaan mereka. Setiap hari, dia ikut memakan dedaunan dan umbi-umbian.  Sekarang harimau menjadi sahabat penghuni hutan. 


Pada suatu hari datanglah monyet dengan tergesa-gesa. "Apa kalian sudah mendengar kabar dari hutan seberang?”


"Kabar apa?" tanya hewan-hewan lain penasaran.


“Di sana, ada seekor harimau yang ditembak. Hewan-hewan lain tidak ada yang ditembak, hanya harimau saja. Katanya, mau diambil kulitnya karena mahal." Monyet menjelaskan.


"Apa!" Harimau yang mendengarnya menggigil ketakutan. 


Para hewan langsung berkumpul dan membahas peristiwa tersebut. Sementara itu, harimau sudah meringkuk di bawah pohon rimbun. Semua kasihan dengan nasibnya. Jangan sampai dia diambil untuk dikuliti.  


Ketika hewan-hewan masih membahas kabar yang dibawa monyet,  datanglah burung gagak membawa berita genting. 




"Gawat! Para pemburu sudah dekat dan mungkin akan tiba di sini besok. Aku melihatnya barusan ketika  terbang ke mari.  Mereka sedang berjalan menuju hutan kita.”


"Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?" Harimau semakin mengigil dan mulai menangis putus asa. 


Kawan-kawan hutan semakin bingung. Mereka iba padanya, tapi tidak punya ide bagaimana cara mencegah niat para pemburu.  

"Aku tahu!" teriak kelinci. "Ayo, kita tanyakan pada kancil. Dia punya banyak akal."

Mereka pun bersama-sama pergi ke rumah kancil di pinggir hutan.

Ketika sampai di sana, harimau memberitahu peristiwa yang menggemparkan itu. Kancil mengangguk-angguk mengerti saat mendengar ceritanya.

"Dengar, Kancil, kita harus menyelamatkan harimau!" pekik monyet sambil mengepalkan tangannya.

"Selamatkan harimau!  Selamatkan harimau!" Hewan-hewan lain ikut berteriak lantang.


"Tenang! Tenang!" Kancil mengangkat sebelah kaki depannya.

Para penghuni hutan langsung terdiam.  Suasana sekitar menjadi hening.


Kancil melanjutkan. "Aku ada akal. Harimau, kamu tahu gua yang ada di kaki bukit? Pergilah bersembunyi di sana dan jangan keluar sampai kupanggil. Akan kubereskan semua ini," ujar Kancil.


"Baiklah, Kancil," ucap harimau.


Dia segera melakukan  yang disarankan kancil. Hewan loreng itu segera menuju ke gua kaki bukit dan bersembunyi di sana. 

Kemudian kancil memanggil tikus-tikus. Dia menyuruh mereka menutupi jejak-jejak harimau yang masih terlihat di tanah.  Selanjutnya kancil memanggil kelinci dan rusa.  Dia menjelaskan rencana rahasia pada mereka.


Esok hari, mereka bertiga, kancil, kelinci, dan rusa menunggu di tempat yang akan dilewati para pemburu. Benar saja! Tak lama kemudian mereka muncul. Kancil pun memberi perintah pada kelinci dan rusa.


Ketiganya serentak berlarian dengan gembira ke sana ke mari. Mereka tetap menjaga jarak dari pemburu selama berkeliaran. Hewan-hewan itu memang sengaja melakukannya untuk menarik perhatian.





"Lihat!" kata salah seorang pemburu. "Ada banyak hewan hutan  berkeliaran di sini."


"Kalau begitu sebaiknya kita pergi saja dari tempat ini. Jangan sia-siakan waktu kita." Pemburu lainnya memberi perintah. Sepertinya, dia pemimpin rombongan itu.


"Kenapa?" Teman-temannya bingung.


"Apa kalian tidak perhatikan petunjuk ini? Kita datang ke mari untuk mencari harimau, bukan hewan-hewan lain. Sejak kemarin kita tidak menemukan jejak harimau di tanah. Sekarang muncul pula hewan-hewan ini," jawab pemburu itu.


"Lantas, apa hubungannya?" tanya teman-temannya lagi. Mereka belum paham.


“Di sana ada kancil, rusa, kelinci, dan entah apalagi. Semua berlari-lari dengan aman. Padahal mereka itu mangsa harimau. Bagaimana mungkin mereka bisa tenang kalau di sini ada harimau?"


Pemburu lainnya saling berpandang-pandangan. Kemudian mereka mengangguk tanda setuju pada pemimpinnya.  


"Benar, kita cuma membuang-buang waktu saja di sini," kata salah seorang pemburu. "Sudahlah, kita kembali saja dan mencarinya di lokasi lain. "


Serentak mereka berbalik arah dan meninggalkan hutan itu. Kancil dan kawan-kawan tersenyum melihat rencananya berhasil. Setelah rombongan pemburu jauh, para hewan hutan bersorak kegirangan. 


"Hore,  mereka sudah pergi!"


Kancil pun segera memanggil Harimau keluar dari gua. Semua bergembira karena teman mereka sudah selamat. Harimau berterima kasih pada semua kawan-kawannya, terutama Kancil yang cerdik. 




Dongeng di atas pernah dimuat dalam buku antologi cerita anak berjudul Keluarga Bahagia

Antologi ini merupakan kumpulan dari 30 cerita terbaik dari lomba menulis cerita anak. Lomba tersebut adalah bagian Festival Cerita Anak 2020 yang digagas oleh Yayasan Masyarakat Peduli Anak (YMPAI).

Setelah melalui proses revisi dan memperoleh izin dari pihak penyelenggara lomba, dongeng ini saya muat kembali di blog.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...