Langsung ke konten utama

Kue Coklat Bu Wury



Lola Kurcaci  ingin menyantap kue buatan Bu Wury Peri. Tetapi, dia bingung karena uang yang diberi Mama tidak cukup untuk membeli kue mahal itu.  Dia takut jika menawar harganya. Bu Wury suka memarahi anak-anak kurcaci, seperti Lola, kalau mendekati rumahnya.  Entah mengapa, Lola tidak tahu.


Sudah banyak temannya yang bermain  di depan rumah Bu Wury dan langsung disuruh pergi. Semua anak kurcaci menjadi ketakutan. Akibatnya sekarang tidak ada lagi yang berani mendekati rumah itu.  


Namun, Lola benar-benar ingin menikmati kue coklat yang terkenal lezatan. Dia sedang berpikir dan mencari akal, bagaimana cara mendapatkan kue tersebut. Sambil terus memikirkan caranya, dia berjalan ke rumah Bu Wury. 


Kebetulan saat itu rumah Bu Wury sedang sepi. Mungkin Bu Wury sedang pergi. Lola melintas di rumahnya sambil mengamati halaman depan. Dia melihat sapu lidi bersandar di pagar. Lola tersenyum karena muncul ide dibenaknya.

Dia bergegas mengambil sapu lidi itu dan mulai bekerja.  Sret, sret, sret!  Dikumpulkan dedaunan yang berserakan di tanah.  Plastik yang tercecer dimasukkan ke tong sampah. Sekarang halaman Bu Wury sudah lebih bersih. 


“Huff!  Selesai juga,”  


Lola menarik napas lega sambil menyeka keringat di dahi.  Sekarang tinggal menunggu Bu Wury pulang.  Semoga saja Ibu peri itu senang dengan hasil kerjanya.


Tak lama kemudian terdengar dengungan suara sayap peri. Bu Wury telah tiba di depan rumahnya. Dia kaget ketika melihat halaman rumah telah rapi. Bu Wury lebih terkejut lagi ketika melihat seorang anak kurcaci duduk di bangku taman.





“Kamu yang mengerjakan semua ini?”  tanyanya heran.


“I...iya, Bu,”  jawab Lola dengan suara gemetar takut kalau Bu Wury marah.

“Kenapa kamu bersihkan halamanku?”  tanya Bu Wury curiga. 


“Maaf, Bu, tadi saya lihat halaman ini kotor sekali.  Jadi, saya bersihkan,”  ujar Lola.


Dia terdiam dan menundukkan sejenak,  sambil menggigit bibir gelisah. "Sebenarnya saya ingin beli kue coklat Ibu, tapi cuma punya uang sedikit.  Ditambah kerja saya tadi, bolehkah saya dapat kue?”

Lola mengeluarkan uang yang dimiliki dari saku.  Bu Wury terpana sejenak dengan keberanian anak kurcaci itu.

“Siapa namamu?”  tanya Bu Wury lembut.

“Lola, Bu,”  jawabnya.  “Saya sering melihat kue Ibu terpajang di etalase kue  depan rumah ini. Saya pun pernah memakannya di pesta ulang tahun teman.  Enak sekali.”

Bu Wury tersenyum.  Hilang kesan pemarah yang selama ini muncul di raut wajahnya.  “Lola, hari ini Pak Sampah memang sedang libur.  Karena itu halaman rumah Ibu kotor.  Terima kasih sudah membersihkannya. Tunggu sebentar.”


Bu Wury masuk ke rumah kemudian keluar sambil membawa sebuah kotak mungil.  Dia memberikannya pada Lola sambil tersenyum. Hari itu Lola mendapat beberapa potong kue coklat dari Bu Wury.




“Ambillah roti ini. Simpanlah uang sakumu itu untuk keperluan lain.  Jangan lupa cuci tangan sebelum makan.  Tanganmu kotor sekali,”  ucap Bu Wury.
 

“Tapi, Bu, Mamaku bilang aku harus bayar kalau beli sesuatu,”  tolak Lola.

“Lain kali boleh Lola beli dengan uang sakumu. Sekali ini tak apa Ibu berikan gratis.”

“Hore, terima kasih, Bu!”  sorak Lola.  “Ehm,  boleh aku bertanya sesuatu, Bu?”

“Apa itu?”

“Teman-temanku cerita kalau Ibu sering memarahi mereka kalau bermain di depan rumah Ibu. Boleh tahu kenapa?”


Bu Wury menarik napas. “Banyak anak yang tidak sopan di sini.  Mereka suka bermain-main di depan dan merusak bunga-bunga.  Bahkan ada yang mencoba mencuri kue yang Ibu taruh di meja dekat jendela.”

Lola mengangguk paham. Ternyata Bu Wury kesal dengan anak-anak yang nakal.  Namun, dia mau berbaik hati dengan anak yang rajin dan jujur.

“Saya permisi, Bu, sudah sore.  Mama pasti sudah menunggu di rumah,” Lola pamit.

“Sekali lagi terima kasih, Lola,” ujar Bu Wury sebelum Lola beranjak pergi. 

Lola berjalan riang kembali ke rumah.  Sekarang dia bisa bercerita pada teman-temannya tentang Bu Wury. Ternyata Bu Wury tidak seperti yang dibicarakan selama ini. 


Dia kesal pada anak yang nakal, tapi ramah pada yang mengerti sopan santun.  Siapa tahu setelah mendengar pengalaman tadi,  teman-temannya yang nakal mau berubah menjadi lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...