Siang ini matahari bersinar terik, tapi Roni pulang sekolah sambil bersiul. Keringat yang mengucur membasahi dahi tidak memudarkan semangatnya. Langkah kakinya pun bergegas karena dia ingin segera tiba di rumah.
Sekarang di tangan Roni ada stoples kaca berisi kupu-kupu pemberian dari Benny, teman sekelas. Benny menangkap serangga tersebut di taman bunga kemarin. Melihat kupu-kupu itu Roni melonjak riang. Sahabatnya tahu saja kegemarannya.
Sayap kupu-kupu tersebut bercorak merah hitam. Tubuhnya berwarna abu-abu. Dia terbang bolak balik mengelilingi stoples mencari jalan keluar. Tentu saja sia-sia karena stoples sudah tertutup rapat. Hanya bagian penutupnya yang dilubangi sedikit, agar serangga itu tetap dapat bernapas.
"Terima kasih, Ben, kupu-kupu ini bagus sekali,” kata Roni pada Benny tadi saat masih di sekolah. “Tapi, tolong jangan pernah cerita pada Mamaku.”
“Memangnya kenapa?” tanya Benny.
"Mama marah kalau aku menangkap kupu-kupu dan mengurungnya di stoples,” jawab Roni. “Kata Mama, kupu-kupu harus dibiarkan terbang bebas. Mereka mahluk hidup, bukan kue kering.”
Keduanya tertawa geli membayangkan serangga itu dibandingkan dengan kue. Melihatnya beterbangan saja, sudah membuat lenyap selera makan.
"Aku juga tahu kupu-kupu bukan kue kering,” ujar Roni lagi. “Mama saja yang tidak tahu betapa menyenangkan menatap kupu-kupu dalam stoples.”
Karena itu setiba di rumah, Roni diam-diam langsung masuk ke kamarnya. Untung Mama tidak memperhatikan tingkah polahnya. Mama sedang sibuk membersihkan koleksi porselin di ruang tamu. Sampai di kamar dia cepat-cepat menutup pintu.
"Sudah pulang, Roni?” tanya Mama ketika mendengar suara pintu yang ditutup. “Ayo, makan siang dulu.”
Roni menjawab dari kamar. “Iya, Ma, sebentar mau ganti seragam.”
Akan tapi, di kamar Romi bukan langsung mengganti seragam. Dia angkat stoples tersebut ke atas meja belajar dan mengagumi serangga itu. Senangnya bisa melihat kupu-kupu langsung dari dekat.
Namun, Roni melihat ada hal yang aneh. Kupu-kupu tidak terbang, tapi seperti melambai-lambaikan sayapnya ke arah Roni. Serangga itu mengetuk kaca dan menunjuk ke arah pintu. Roni kaget, apa dia bermimpi? Namun kupu-kupu itu terus saja menunjuk pintu.
Karena penasaran, Roni membuka pintu kamar. Alangkah terkejutnya dia karena ruang tamu di rumah sudah lenyap. Pemandangan di depannya berganti dengan padang rumput yang luas.
Belum habis terkejutnya, tiba-tiba muncul dua ekor kupu-kupu raksasa. Satu bercorak hitam putih dan yang lain berwarna kuning hitam. Ukuran tubuhnya lebih besar dari Roni.
"Si ... siapa kalian?” tanya Roni ketakutan.
"Halo, Roni, akhirnya kita ketemu juga. Perkenalkan, namaku Kiku dan ini temanku, Loli,” kata kupu-kupu bercorak hitam putih. “Kami sering memperhatikanmu mengejar dan mengganggu para kupu-kupu. Kamu memang bandel sekali.”
"Benar, dan sekarang kami sengaja membiarkan teman kami, Lala, ditangkap Benny,” ujar Loli. “Karena kami tahu temanmu itu akan memberikan Lala padamu.”
“Kemudian kami mengikutimu ke sini dan mengurungmu di kamarmu sendiri. Sama seperti kamu mengurung Lala di dalam stoples,” ucap Kiku. “Jadi, sekarang para kupu-kupu aman dari gangguan. Kamu tak bisa bepergian lagi.”
"Aku enggak mau dikurung!” teriak Roni. “Kembalikan aku pada Mamaku.”
“Mulai saat ini kamu milik kami. Ha, ha, ha!” Kiku tertawa sampai tubuhnya berguncang. “Jangan bermimpi bisa lepas dari kami.”
Sekarang Roni benar-benar ketakutan. Cepat-cepat ia menutup dan mengunci pintu kamar. Lantas lari ke tempat tidur, menarik selimut, dan menutup kepalanya dengan bantal. Semoga saja kupu-kupu itu cepat pergi.
Tok, tok, tok!
Roni gemetar dan semakin merapatkan selimut. Gawat! Sekarang kupu-kupu itu pun bisa mengetok pintu.
"Roni, makan siang dulu. Dari tadi kok sembunyi di kamar?” Terdengar suara Mama dari balik pintu. “Kenapa pintunya dikunci?”
Hah, Mama? Roni cepat-cepat bangun. Dibukanya sedikit pintu dan mengintip ke luar. Dia menarik napas lega ketika melihat Mama berdiri di depan pintu. Padang rumput itu menghilang dan ruang tamu sudah kembali.
"Ya ampun, Roni, kok belum ganti seragam?” Mama menatap kesal. “Katanya tadi mau langsung ganti pakaian. Makan siang juga belum. Ayo, supaya bisa mengerjakan pe-er.”
"Iya, Ma, sebentar aku datang,” kata Roni.
"Cepat, Mama tunggu.”
Setelah Mama pergi, Roni menatap stoples di atas meja belajar. Untung saja Mama tidak melihatnya karena tadi dia hanya membuka sedikit pintu. Namun, apakah sebelumnya dia bermimpi?
Roni bingung dan takut mengingat kejadian yang dialaminya barusan. Namun, sekarang dia paham kalau terkurung memang tidak menyenangkan. Kisah aneh tadi membuatnya menjadi ketakutan.
Sebelum makan siang, Roni segera melepaskan kupu-kupu itu. Tepat di jendela kamar, dia membuka tutup stoples. Kupu-kupu langsung terbang bebas. Benar kata Mama kalau serangga itu adalah mahluk hidup. Bukan benda mati yang disimpan di dalam stoples.
Kupu-kupu itu terbang di antara bunga-bunga di halaman. Sayapnya yang indah semakin berkilauan diterpa cahaya mentari. Kupu-kupu memang memukau ketika terbang di alam bebas. Pemandangan ini tidak mungkin dilihat Roni jika hanya mengurungnya dalam stoples.
Komentar
Posting Komentar