Langsung ke konten utama

Dino si Mobil Tua

 



Dino, sebuah mobil sedan tua, setiap pagi mengantar Elli pergi ke sekolah dan Papanya bekerja. Dalam perjalanan, dia mendengar Elli bercerita pada Papa, tentang sekolah, teman-teman, maupun cita-citanya.  



Dino senang mendengar cerita-cerita Elli. Dia sering tersenyum sepanjang perjalanan karena melihat keceriaan gadis cilik itu. Mengantar Elli ke sekolah merupakan kegiatan yang menyenangkan. Dia berceloteh dengan riang sepanjang perjalanan. Papa tersenyum saja mendengar obrolan putrinya. Setiap hari Dino jadi ikut bergembira.



Berbeda dengan rutinitas ke sekolah, kegiatan Minggu siang lain lagi. Biasanya keluarga Elli hanya melewati hari libur di rumah. Tetapi Minggu ini, Dino mengantar Elli serta Papa dan Mama jalan-jalan ke pusat pertokoan. Elli ingin membeli alat dan buku tulis. Beberapa hari lagi, dia akan masuk kelas baru. 





Karena naik kelas dengan nilai bagus, Papa Mama mengajaknya ke mal sambil berbelanja dan makan siang. Di mobil, Elli kembali berceloteh riang karena mereka jarang ke mal. Baginya, menyenangkan bisa menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarga.

 


Mal yang mereka kunjungi sedang ramai. Di lapangan parkir, Dino menunggu dengan sejumlah mobil lain yang berbaris rapi. Di samping kirinya ada sebuah mobil biru model terbaru. Sambil menunggu, mereka pun mengobrol. Mobil itu bercerita tentang anak pemiliknya yang kemarin pulang berlibur dari luar negeri.

 


Mobil di sebelah kanan Dino tak mau kalah. Dia bercerita tentang keluarga majikannya yang barusan kembali dari berwisata ke pulau seberang. Sudah banyak daerah di Indonesia yang mereka kunjungi. Mobil-mobil lain juga bercerita tentang pemilik masing-masing dengan segala kelebihannya.

 


Dino hanya diam mendengarkan. Dia tidak memiliki cerita yang sepadan dengan mereka. Elli dan keluarga jarang bepergian. Mereka menghabiskan liburan di rumah atau hanya berkeliling kota. Namun, bukan berarti Elli tidak pernah mengajak orang tuanya berlibur.





“Lain kali ya, Li,” begitu kata Papa dulu.  “Sekarang kita masih punya banyak kebutuhan. Uang kita belum cukup untuk pergi liburan. Tapi, Papa usahakan akhir tahun nanti kita bisa pergi berlibur.”



Elli mengangguk. Dia tidak mau memaksa Papa untuk menuruti keinginannya. Inilah yang Dino suka darinya. Walaupun anak tunggal, Elli bukan putri manja yang semua kemauan harus dituruti. Papa Mama kerap memilah-milih permintaannya. Tidak semua keinginan Elli harus dipenuhi.



Tetapi, sore ini setelah mendengar percakapan para mobil, pendapat Dino mulai berubah. Andaikan Papa Mama mau menyisihkan sebagian uang, mereka mungkin bisa membawa Elli berwisata. Kalau sudah  demikian, Dino pasti ikut bertukar cerita dengan mobil-mobil lain. Bukan seperti sekarang, dia hanya terdiam mendengar pembicaraan mereka. 



Huh, Dino bosan hanya menjadi pendengar saja. Rasanya waktu berjalan lambat sekali. Dia berharap agar keluarga Elli segera datang dan mereka bisa pergi dari parkiran mal ini. Dino mulai jenuh mendengar obrolan mobil-mobil itu. 



Untunglah, tidak lama kemudian keinginannya terwujud. Setelah selesai berbelanja dan makan siang, Elli dan orang tuanya datang dan langsung pulang. Di dalam mobil gadis cilik itu sibuk melihat-lihat hasil belanjaan.  






“Buku tulisku bagus-bagus, pensilnya juga lucu,” katanya sambil memeriksa alat-alat tulis yang baru dibeli.



“Kalau punya peralatan tulis bagus, belajar pun harus lebih rajin,” ujar Mama.



Ellie mengangguk. “Iya, Ma, supaya nanti dapat nilai yang bagus lagi.”



“Benar, kalau rajin belajar nanti bisa sukses mencapai cita-cita.” Papa ikut menimpali. “Senang, kan.”

 


“Terus kalau sudah sukses, kita bisa jalan-jalan,” ujar Mama. “Papa Mama enggak perlu lagi membayar uang sekolah Elli. Uangnya bisa dipakai untuk berwisata.”



Mereka tertawa berbarengan. Diam-diam Dino tersenyum mendengar percakapan itu. Ternyata selama ini Papa Mama berhemat agar Elli bisa sekolah lebih baik. Uangnya dipakai untuk membeli yang mereka butuhkan. Bagi mereka, bukan masalah kalau sekarang belum bisa berwisata, yang penting Elli mampu menggapai cita-citanya.

 


Dino menghela napas. Sekarang dia enggan bersedih lagi. Apalagi hanya karena menjadi pendengar cerita dari mobil lain. Dino memang tidak punya cerita menarik untuk dituturkan pada mereka. Tetapi, itu bukan lagi masalah baginya. Dino justru bangga karena setiap hari mengantar anak yang bersemangat belajar.  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...