Di Kerajaan Aromia, tinggallah seorang juru masak istana istimewa bernama Pak Nobi. Dia ahli dalam mengolah berbagai jenis bahan makanan dan rempah-rempah. Hasil masakannya selalu menggugah selera dengan rasa dan aroma memikat.
Raja Aromia sering memuji hasil kerjanya. Tidak ada juru masak seperti Pak Nobi di kerajaan lain. Hidangan sajiannya menjadi kegemaran Raja dan keluarga.
Tetapi, siang ini situasi berbeda. Raja marah dan tidak mau menyentuh semua hidangan. Beragam masakan hanya terletak di meja tanpa dicicipi. Padahal, hidangan yang disajikan merupakan makanan favorit raja
"Mana juru masak? Panggil kemari! Kenapa semua masakan tidak enak hari ini? Hambar!" teriakan Raja Aromia menggelegar ke seluruh istana.
Dengan tergopoh-gopoh Pak Nobi menghadap raja. "Ada apa, Yang Mulia? Saya memasak hidangan kegemaran Raja seperti biasa. Tidak ada bumbu yang saya kurangi atau tambahi."
"Tidak mungkin, kamu pasti berbohong. Semua makanan hari ini tidak enak! Pokoknya nanti malam hidangan harus seperti biasa. Kalau tidak kamu akan dihukum." Raja pun meninggalkan meja makan dengan wajah cemberut.
Pak Nobi duduk termenung. Apa kesalahan hidangannya hari ini? Hidangan dimasak seperti biasa dengan bumbu-bumbu sama dengan hari-hari sebelumnya. Dia berkata jujur pada Raja, tidak ada yang ditutupi.
Putera Mahkota, Pangeran Mino, yang mendengar percakapan tadi merasa iba. Dia mendekati Pak Nobi yang sedang duduk lesu di sudut ruangan.
"Kalau Bapak memang tidak bersalah, jangan takut. Mari kita cari tahu penyebabnya bersama-sama," ajak Pangeran.
"Pangeran percaya saya tidak berbohong pada Raja?" tanya Pak Nobi dengan wajah memelas.
Pangeran mengangguk pasti. Dia sudah mengenal juru masak istana ini dengan baik. Pak Nobi seorang yang jujur dan belum pernah bermasalah dengan Ayahandanya. Pangeran tahu kalau Pak Nobi sudah bekerja dengan benar. Sekarang saatnya mereka berusaha mencari penyebab mengapa Raja menjadi marah.
Mendadak Pangeran teringat sesuatu. "Tadi sebelum makan, Raja bertemu dengan Perdana Menteri. Mereka seperti membicarakan sesuatu yang penting. Mungkin kita bisa bertanya padanya. Mari kita mencari Perdana Menteri sekarang juga.”
Mereka pun segera menemui Perdana Menteri.
"Pak Perdana Menteri," kata Pangeran setelah bertemu dengan orang yang dimaksud. "Apa yang tadi dibicarakan dengan Ayahanda sebelum makan siang?"
"Kami sedang membicarakan masalah kerajaan ini. Kenapa, Pangeran?" tanya Perdana Menteri.
Dia heran melihat Pangeran Mino datang bersama juru masak istana. Ini kejadian tidak biasa. Mungkin ada peristiwa penting yang ingin ditanyakan mereka.
"Ayahanda marah-marah saja sejak tadi. Juru masak pun ikut dimarahi. Kami berdua ingin mencari tahu penyebabnya. Ayahanda berbeda sekali hari ini." Pangeran menjelaskan.
Kemudian, Perdana Menteri menceritakan masalah penting. Tadi mereka membahas tentang kegagalan panen di beberapa daerah kerajaan. Akibatnya, bahan pangan menjadi berkurang. Raja sedih mendengar laporan Perdana Menteri. Dia keluar dari ruangan dengan murung dan lesu. Raja khawatir dengan nasib rakyatnya.
"Nah, itu dia!" seru Pangeran. "Suasana hati Ayahanda yang sedang bersedih menyebabkan selera makannya hilang. Juru masak pula yang disalahkan. Apa kita bisa menyelesaikan masalah itu, Perdana Menteri?"
"Baru saja penyelesaiannya ditemukan, Pangeran. Saya tadi bertemu dengan menteri pertanian. Ada beberapa daerah yang justru panennya melimpah. Bahan pangan kita tetap aman," jawab Perdana Menteri.
"Sampaikan hal itu pada Ayahanda sebelum makan malam nanti," kata Pangeran dengan wajah berbinar. "Ayo, kita lihat bagaimana sikap Ayahanda."
"Baik, Pangeran,” jawab Perdana Menteri.
Ketika makan malam tiba, Raja tersenyum-senyum sambil menyantap hidangan. Dia makan dengan lahap, bahkan Ratu harus mengingatkan agar tidak makan berlebihan. Menyantap hidangan berlebihan tidak baik untuk kesehatan.
Raja cuma tertawa sambil terus melahap makanannya. "Sekali ini saja. Makan malamnya benar-benar lezat. Tadi siang aku belum sempat makan."
Ternyata penyelesaian masalah bahan pangan membuat Raja gembira dan mengembalikan selera makannya. Raja senang karena warga kerajaan memiliki persediaan pangan yang cukup.
Sementara di sudut ruangan, Pangeran Mino dan Pak Nobi yang melihatnya menarik napas lega.
"Terima kasih, Pangeran," kata juru masak. "Sekarang saya sudah terbebas dari hukuman."
Pangeran mengangguk. Dia pun ikut senang bisa membantu Pak Nobi.
Komentar
Posting Komentar