Langsung ke konten utama

Peri Pohon Apel

 



Siang ini, Wendi Peri Apel sedang membersihkan kebun apel di Negeri Dongeng. Negeri ini dikenal dengan buah-buahan ranum dan bunga-bunga indah. Hasil tanahnya termasyur sampai ke daerah seberang. 



Banyak tokoh dari negeri fantasi lain yang berkunjung ke tempat ini. Mereka ingin melihat langsung beragam buah dan bunga yang tumbuh subur. Semua berdecak kagum dengan hasilnya yang mengagumkan. Akan tetapi, pujian itu membuat beberapa peri besar kepala dan mulai malas bekerja. 



Berbeda dengan Wendi yang memang senang bekerja di kebun apel. Seperti pagi hari ini, dia selalu datang tepat waktu dan pulang paling akhir. Wendi bersemangat melihat buah-buahan yang mulai matang di pohon. Apalagi saat matahari bersinar, apel-apel itu berbinar diterpa cahaya.  



Ketika sedang sibuk bekerja, temannya Fifi Peri Pohon Jeruk, melintas dan menyapanya.



"Wen, yuk, minum es buah di kantin depan," ajak Fifi.



“Pekerjaanku belum selesai, Fi, mau kusiapkan dulu, ” kata Wendi. “Apa kebun jerukmu sudah dibersihkan? Tadi kulihat masih banyak rumput liar tumbuh berserakan.”






“Itu nanti juga bisa,”  ucap Fifi tenang. “Sekarang, ayo, kita bersantai.”



Wendi menggeleng. “Aku tidak ikut. Sebaiknya kuselesaikan tugas dulu, kemudian baru bersantai minum es.”



“Kalau begitu aku pergi dulu,”  ujar Fifi.



Setelah temannya berlalu, Wendi meneruskan pekerjaan. Dia kembali larut dalam keasyikannya merawat dan membersihkan kebun apel. Tak lama kemudian, lewatlah Rose Peri Bunga Mawar.



“Mau kemana, Ros?”  tanya Wendi.



“Ke tempat sepupuku. Ada acara ulang tahun,”  jawab Rose.



“Lho, ini kan, waktu bekerja. Kenapa malah keluar. Tadi kulihat kebun mawarmu masih berantakan. Ada daun-daun menguning yang harus dipotong dan dirapikan,”  ucap Wendi.




Rose mengibaskan tangannya. “Itu perkara gampang. Besok masih bisa kukerjakan.  Sekarang aku mau bertemu dengan sepupu-sepupuku dulu.”


Wendi hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat ulah teman-temannya. Tugas belum selesai, tapi sudah bepergian. Mereka tidak peduli dengan pohon-pohon buah dan tanaman bunga yang mulai kurang terurus. 



Dia kembali melanjutkan pekerjaan. Memang lelah juga terus-menerus membersihkan kebun. Tetapi, tugas tetap diselesaikan.  Nanti sore setelah semua beres, dia mau beristirahat sambil minum jus hangat. Mengingat itu, Wendi pun semangat lagi bekerja.



Esok pagi Bubu Peri, pengawas mereka, datang terburu-buru. “Nanti siang Ratu Peri akan berkunjung ke mari.”



Semua kaget mendengarnya. Tidak biasa ada kunjungan mendadak.



“Kenapa Ratu tiba-tiba datang?” tanya Wendi.



“Lusa Raja dan Ratu Kurcaci akan tiba di negeri kita. Mereka ingin melihat buah-buahan dan bunga yang indah.  Jadi sebelum tamu datang,  Ratu mau memeriksa kebun ini dulu,”  jawab Bubu. “Ayo, urus kebun kita supaya lebih rapi.”





Para peri bergegas membersihkan kebun masing-masing yang masih berantakan. Selama ini mereka sering mengabaikan tugas. Akibatnya, ketika Ratu dan tamunya hendak berkunjung, sekarang harus terburu-buru bekerja.  Hanya Wendi yang bisa menarik napas lega. Kebun apelnya selalu rapi.  Dia tak perlu bergegas dan bisa bekerja lebih santai.



Ketika Ratu tiba, belum semua peri menyelesaikan tugasnya. Masih banyak kebun buah dan bunga yang kotor dan bertebaran dedaunan kering dan rumput liar. 



“Saya ingin Raja dan Ratu Kurcaci nanti berkunjung ke kebun jeruk,”  kata Ratu pada Bubi.  “Saya dengar, mereka suka buah jeruk.”



Akan tetapi, Ratu kaget melihat kebun jeruk berantakan. Dedaunannya yang berserakan di tanah sedang dibersihkan Fifi. Rumput liar masih bermunculan dari balik pohon.



“Bagaimana bisa begini?” Ratu marah pada Peri Fifi. “Kacau sekali kebunnya. Padahal, negeri kita terkenal dengan kebun jeruk terbaik.”



Fifi Peri ketakutan. “Maaf, Ratu, sekarang sedang saya bersihkan. Besok pasti sudah selesai.”



“Aduh, saya malu jika Raja dan Ratu Kurcaci datang dalam keadaan kacau begini. Lebih baik mereka tidak usah melihat kebun seperti ini,” kata Ratu kesal. “Saya batalkan kunjungan besok ke kebun jeruk.”



Kemudian Ratu segera pergi ke kebun bunga mawar. Dia tahu kalau Ratu Kurcaci suka dengan bunga-bunga mawar. Tetapi, keadaan kebun itu tidak jauh berbeda dengan kebun jeruk.  Rose Peri yang selama ini menjaga kebun hanya terdiam mendengar omelan Ratu.





“Kenapa bisa seperti ini, Bubu?”  tanya Ratu pada peri pengawas.  “Bagaimana tugasmu mengawasi para peri?  Kok, kacau semua?”



Bubu sudah ketakutan, tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu.



“Ratu, bagaimana kalau kita ke kebun apel?”  tanya Bubu dengan suara gemetar. “Saya lihat kebun apel bagus sekali.”



“Baik,”  jawab Ratu. “Tapi, kalau kebun apel juga berantakan, kalian semua akan saya ganti. Saya akan pilih peri lain untuk mengurus kebun ini.”



Namun, kemarahan Ratu reda setelah melihat kebun apel terawat rapi. Ternyata, ada juga peri yang rajin. Pekerjaan Wendi Peri Apel mendapat pujian dari Ratu. 



“Inilah tempat yang tepat untuk dikunjungi Raja dan Ratu Kurcaci,” ujar Ratu dengan wajah sumringah.



Esok hari Raja dan Ratu Kurcaci diajak melihat-lihat kebun apel. Keduanya takjub melihat kebun yang asri lengkap dengan buah-buah yang ranum.



“Maaf kalau kita tak bisa melihat tempat lain,”  kata Ratu Peri.  “Seluruh kebun sedang dalam perbaikan.”



“Tidak apa-apa,”  jawab Raja Kurcaci.  “Kebun apel ini bagus sekali.  Di negeri kami belum tentu ada seperti ini.”



Ratu Peri senang dengan hasil kerja Wendi dan memberi hadiah untuknya. Wendi juga diundang makan malam di istana bersama Raja dan Ratu Kurcaci. Peri Apel itu senang sekali.



Sementara itu, Fifi, Rose, dan teman-temannya harus berusaha keras memperbaiki kebun.  Ratu ingin melihat hasil terbaik.  Kalau tidak, akan ada peri lain yang menggantikan tempat mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...