Langsung ke konten utama

Sepatu Idaman Lila Kurcaci


Lila Kurcaci menatap etalase toko sepatu Pelangi sambil tersenyum lebar. Matanya berbinar melihat sepasang sepatu coklat berpita putih yang terpajang di etalase. Sudah lama benda tersebut menarik perhatiannya.



Sebentar lagi sepatu ini jadi milikku, pikirnya sambil melangkah riang. Tadi dia sudah menghitung jumlah tabungan. Uang yang telah dikumpulkan hampir cukup untuk membeli sepatu coklat.



Setelah keluar dari pertokoan, Lila berjalan menuju kebun bunga Bu Mira Kurcaci. Dia bekerja di kebun mawar mengurus hamparan kembang warna-warni nan indah. Setiap hari, dia mendapat upah dari bekerja di sana.



“Gembira sekali pagi ini, Lil?”  tanya Bu Mira Kurcaci ketika dia tiba.  “Apa karena sepatu idamanmu sudah nyaris terbeli?”


Lila tertawa.  Dia memang sudah menceritakan rencananya. “Ibu tahu aja.”





“Kurcaci rajin sepertimu pantas mendapatkan benda yang diinginkan,” kata Bu Mira. 


“Terima kasih, Bu,”  Lila senang mendengar pujian itu.


Akhirnya, dua hari kemudian terkumpullah uang yang dibutuhkan. Sore hari sepulang dari kebun, Lila langsung pergi ke toko sepatu.


Alangkah terkejutnya dia sesampai di sana!  Sepatu yang impian sudah lenyap dari etalase. Tempatnya sudah digantikan sepatu lain. Lila mengernyitkan dahi, dia tidak suka dengan tampilan model baru ini.



Lila masuk dan bertanya pada penjaga toko,  “Kemana sepatu coklat yang biasa terpajang di depan?”


“Sudah terjual, Kak, barusan,"  jawab kurcaci penjaga toko. “Kakak terlambat sebentar aja.” 



Lila menghela napas kecewa. Dengan langkah lunglai dia keluar dari toko. Sia-sia sudah upayanya mengumpulkan uang selama berminggu-minggu. Sepatu yang idaman sudah raib entah kemana.




Beberapa hari kemudian Lila pergi ke rumah temannya Cherri Kurcaci. Temannya itu mempunyai banyak koleksi buku cerita dan Lila ingin meminjamnya. 


“Hai, Lila, ayo masuk,”  sapa Cherri ketika dia tiba.  “Ada apa, nih?”


“Boleh pinjam buku ceritamu?”  tanya Lila. “Sore hari jika ada waktu luang aku suka membaca.”



“Oo, tentu saja boleh. Ayo, pilih sendiri di lemari buku,” ajak Cherri.


“Minggu depan kukembalikan bukumu,”  ucap Lila sambil memilih-milih buku.


“Iya, boleh, kapan aja kalau sudah selesai dibaca. Eh, lusa kamu datang ke pesta ulang tahun Rani Kurcaci?” tanya Cherri.




“Datanglah, semua anak kurcaci sudah janji berkumpul di pestanya,”  jawab Lila.


“Nanti aku mau ke pesta pakai sepatu terbaruku. Mau lihat?”  tanya Cherri.


Lila mengangguk. Cherri kemudian membuka rak sepatu dan mengambil sepasang sepatu baru.


Lila terbelalak!  Itu sepasang sepatu coklat yang diinginkan selama ini.


“Dibeli di toko Pelangi?”  tanya Lila.


“Iya, kok tahu?”  Cherri heran.


“Hmm, kebetulan aku sering melihatnya terpajang di etalase ketika lewat toko,”  jawab Lila lirih. “Sepatu bagus. Modelnya pun unik dengan pita dan bunga di pinggiran."



Dia pikir, tidak perlu menceritakan tentang sepatu idaman yang sudah lama diimpikannya. Sekarang sepatu itu telah menjadi milik Cherri. Dia duluan membelinya. Jadi, setelah mendapatkan buku cerita yang diinginkan, Lila segera pamit.



Kemudian, tibalah hari pesta ulang tahun Rani. Lila ingin melihat Cherri memakai sepatu coklat itu. Pasti penampilannya bagus sekali. Namun, Lila terkejut ketika  melihat Cherri datang memakai sepatu lain.





“Lho, mana sepatu coklatmu, Cherri?”  tanya Lila.


Wajah Cherri langsung cemberut. “Huh, sepatu menyebalkan. Aku menyesal membelinya.”


“Kenapa?”


“Kemarin kupakai ke rumah Tanteku. Pulang dari sana aku kehujanan,”  Cherri menjelaskan.  “Eh, gara-gara basah warna sepatu jadi luntur. Pitanya pun mulai lepas. Ternyata, kualitas sepatu itu buruk. Tahu begitu, dulu aku enggak akan membelinya.”



Mendengar omelan Cherry, Lila bingung  dan hanya terdiam seribu bahasa. Diam-diam, dia lega karena dulu batal membeli sepatu itu. Tetapi, Lila kasihan melihat Cherri marah dan mengomel dengan wajah masam seperti tadi.  



Lila menatap sepatu yang dipakainya sekarang. Sebenarnya, tampilan sepatu ini masih bagus. Di rumah pun ada banyak sepatu lain yang tersimpan rapi di rak. Lila saja ingin membeli sepatu coklat baru yang sebenarnya kurang dibutuhkan.  


Sekarang dia enggan bersedih dan kecewa lagi. Walaupun kasihan melihat Cherri, dia beruntung tidak jadi membeli sepatu coklat itu. Uangnya tetap disimpan aman dan bisa digunakan untuk kebutuhan lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Rahasia Boneka Beruang

  Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain. Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri. Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu. Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?” Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.” “Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali. “Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan ma...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...