Langsung ke konten utama

Rahasia Boneka Beruang

 



Ada seorang gadis cilik bernama Adinda yang hobi mengoleksi boneka. Orang tua Adinda bahkan sampai membuatkan sebuah kamar khusus untuk menyimpan semua koleksinya. Di ruangan itu ada beragam bentuk boneka seperti Singa, Kelinci, Jerapah, Monyet, dan lain-lain.


Tetapi, gadis cilik itu tidak tahu perilaku boneka-bonekanya di dalam ruangan.  Apabila malam tiba, ternyata para boneka bisa hidup dan bergerak sendiri.


Namun tidak semuanya!  Hari ini, ada satu boneka yang duduk menyendiri di sudut ruangan, yaitu Beruang. Dia adalah penghuni baru yang datang beberapa hari lalu.



Singa yang melihatnya duduk sendirian, langsung datang dan menyapa.  “Hai, Beruang, kenapa kamu diam saja? Tidak ikut bermain-main dengan kami?”


Beruang tersenyum sambil menggeleng.  “Aku sedang malas malam ini.”



“Malas? Benar, nih? Kami perhatikan sejak kedatanganmu beberapa hari lalu, kamu cuma duduk saja.” Kelinci menimpali.


“Iya!”  kata Jerapah.  “Kamu sepertinya bukan malas, tapi memang tidak mau berteman dengan kami.”




“Bukan begitu,” kata Beruang. “Aku memang lagi malas.  Kapan-kapan aku bermain dengan kalian, ya.”



Boneka-boneka lainnya cuma bisa memandangi Beruang sambil mengernyitkan dahi. Mereka yakin dia menyembunyikan sesuatu. Mungkin sekarang Beruang masih enggan menceritakan. Biarlah dulu. Suatu saat nanti dia pasti mau bergabung.  



Kemudian para boneka kembali melanjutkan permainannya. Mereka mulai melupakan percakapan dengan boneka Beruang tadi. Namun esok hari, terjadi sesuatu yang aneh pada Beruang. Dia mulai tidak bisa menggerakkan badannya.  



“Aduh, sakitnya!”  keluh Beruang sambil menyentuh kakinya.



“Kenapa, Beruang?”  tanya Singa.



Boneka-boneka lain pun ikut berkerumun di sekeliling Beruang. Mereka menatapnya penasaran.



“Badanku berat, seperti susah digerakkan.  Aku pun mulai sulit berdiri,”  jawab Beruang sambil mencoba bangkit dengan bertumpu pada tangannya.



“Ada apa sebenarnya denganmu?"  tanya Monyet.



Beruang pun menceritakan peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu.



Saat itu, Adinda senang sekali mendapat hadiah boneka Beruang dari Tantenya. Dia mengajak Beruang bermain-main di halaman rumah. Namun, ketika Mama memanggil, Adinda meninggalkan Beruang di bangku halaman. Tiba-tiba hujan deras mengguyur dan membasahinya.  





“Aku sudah basah kuyup ketika Adinda mengambilku. Kemudian, Mama mengelap dan mengeringkanku dengan pengering rambut,”  Beruang menjelaskan.



“Terus, apa yang sekarang membuatmu tak bisa berdiri?”  tanya Jerapah.



“Badanku belum sepenuhnya kering. Sebagian air hujan itu meresap ke dalam kapukku,” jawab Beruang. Badan boneka Beruang memang terbuat dari kapuk hingga mudah menyerap air. “Badanku sekarang berat, sampai susah berdiri.”



“Jadi, karena itu kamu tidak mau berkumpul dengan kami?” tanya Singa. 

 


Beruang mengangguk.  “Gimana aku bisa bermain kalau badanku berat? Aku selalu memikirkan cara mengeluarkan air yang meresap ini. Tapi, sampai sekarang belum ketemu. Kalian tahu caranya?”





Para boneka bingung dan saling berpandangan. Mereka juga bingung.



Tiba-tiba boneka Kelinci berseru. “Aku tahu! Kita ajak Beruang berjalan kaki keliling ruangan. Inilah caranya supaya dia berkeringat dan air di badan keluar. Kalian tahu, kan, seperti orang berolahraga.”



“Tapi, berdiri saja aku sulit. Bagaimana mungkin mau berjalan kaki keliling ruangan?” Beruang menjawab dengan wajah meringis.



Tanpa menunggu jawaban boneka lain, Singa langsung memegang tangan kanan Beruang. Kemudian, Monyet ikut memegang tangan kirinya. Mereka berdua membantu Beruang berdiri tegak.  



“Ayo, kita mulai!” kata Monyet. “Kita bantu Beruang berjalan kaki mengelilingi ruangan.”



“Satu! Dua! Satu! Dua!” Singa memberi aba-aba.



Semua penghuni ruangan ikut berkeliling ruangan dan berjalan di belakang ketiga boneka. Mereka tidak mau ketinggalan menolong Beruang. 





Setelah beberapa kali putaran, Beruang mulai mengeluarkan keringat. Jerapah memberikan kain untuk mengelap keringatnya.



“Air hujan kemarin sudah mulai keluar!” ujar Beruang riang. “Badanku jadi  lebih ringan.”



Sekarang Beruang tidak perlu dibantu Singa dan Monyet lagi. Dia sudah bisa berjalan sendiri. Setelah mengelilingi ruangan beberapa putaran, badannya menjadi lebih segar dan sehat.



Beruang berterima kasih atas bantuan teman-temannya. Sekarang tubuhnya sudah normal kembali. Sejak saat itu, setiap malam dia selalu bermain dengan kawan-kawan sesama boneka.   



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Uang Saku untuk Olla

Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.  Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta. “Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam. “Untuk apa?”  tanya Mama. “Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya. “Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.  Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.” “ Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,”  ujar Mama. Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok ...

Lomba Mendongeng Negeri Fantasi

"Wow!” Lala Liliput bersorak gembira membaca pengumuman di media sosial Istana Negeri Fantasi. “Ada apa?” tanya Kiki Liliput, sahabatnya yang duduk di kursi seberang.   Lala menunjukkan isi pengumuman itu. Menyambut ulang tahun Ratu Frilly, pemimpin Negeri Fantasi, akan diselenggarakan lomba menulis dongeng. Semua penduduk memang tahu kalau sang Ratu penggemar cerita fiksi itu.  Nanti akan dipilih dongeng terbaik untuk menjadi juara. Dongeng tersebut menjadi hadiah ulang tahun istimewa untuk Ratu Frilly. P emenang lomba pun mendapatkan hadiah jalan-jalan keliling negeri Fantasi. “Aku mau ikut,” kata Lala. “Hadiahnya menarik.” “Tetapi, kamu belum pernah menulis dongeng,” ujar Kiki mengingatkan. "Itu mudah saja. Aku bisa berlatih secepatnya. Yang penting tulis dongeng dan ikut dulu. Siapa tahu menang,” ucap Lala. Kemudian, dia mengambil secarik kertas dan pena, lantas mulai menulis. Setelah selesai, Kiki membaca tulisannya. Cerita Lala berkisah tentang anak perempuan yang dike...