Sore itu, Olla berlari masuk rumah menuju dapur. Keringat deras mengalir dan membasahi dahinya, tapi wajah gadis cilik itu tetap berbinar.
Rambut gadis cilik itu awut-awutan. Namun, langkah kakinya bergegas mendatangi Mama seperti orang ketinggalan kereta.
“Ma, boleh minta uang?" ujar Olla sambil mendekati Mama yang sedang sibuk menyiapkan makan malam.
“Untuk apa?” tanya Mama.
“Mau beli minuman,” jawab Olla sambil menyeka keringat di dahi dengan punggung tangannya.
“Tuh, banyak minuman di kulkas. Ambil saja, enggak usahlah beli di luar. Lebih hemat lagi. Lagipula, Mama sudah beri uang saku tiap pagi sebelum sekolah. Kemana semua?” Mama menjawab sambil terus memotong bawang.
Wajah Olla langsung cemberut. “Sudah habislah di sekolah. Masa Mama nggak tahu kalau aku sering ke kantin.”
“Berhematlah, La. Mama sudah sering bilang begitu. Jangan semua dihabiskan di kantin. Kalau masih ada sisanya, bisa ditabung,” ujar Mama.
Olla jadi kesal. Dia pikir, Mama kok pelit amat. Dia mau membeli biskuit di warung saja ditegur. Padahal berapalah harga biskuit?
“Sekali ini saja, Ma. Nanti kalau sudah besar, aku bisa cari uang sendiri pasti enggak minta lagi,” ujar Olla.
Mama meletakkan bawang yang sedang dikupasnya. “Kamu serius mau cari uang sendiri? Kalau serius, enggak perlu tunggu besar. Sekarang pun bisa Mama bantu.”
“Cuma bercanda, kok. Lagipula, dimana aku mau cari uang? Apa ada yang mau menerima aku kerja, seperti Papa?” jawab Olla dengan wajah memelas.
“Kalau benar-benar mau, Mama punya ide. Minggu depan mulai liburan sekolah, kan? Desa tempat tinggal Paman Murti sedang panen jeruk. Kamu mau ikut memanen jeruk di sana? Nanti ada upahnya,” saran Mama.
Paman Murti adalah kakak Mama. Paman dan keluarganya memiliki areal pertanian sayur dan buah yang luas. Mereka memiliki banyak orang yang bekerja memanen hasil bumi. Mungkin memang lebih baik bekerja di kebun jeruk daripada terus ke kantin.
“Panen jeruk? Apa enggak ada pekerjaan lain yang lebih keren?” Olla protes.
“Eh, kata siapa memanen jeruk enggak keren?” Mama membantah ujaran puterinya. “Coba ingat kalau kita pernah nonton acara di tv. Saat musim liburan, banyak orang pergi ke kebun buah-buahan. Mereka rela datang jauh-jauh untuk sekadar memetik buah.”
Olla ingat acara tekevisi itu. Pada hari libur, kebun jeruk, strawberry, hingga belimbing ramai dikunjungi. Biasanya banyak orang datang dari kota. Mereka mau memetik sendiri hasil kebunnya. Buah-buahan yang sudah dipetik kemudian ditimbang. Untuk sekilo saja ada harga yang harus dibayar.
Kemudian Mama melanjutkan. “Kalau kamu beda. Nanti memetik jeruk di kebun paman, malah dibayar. Jadi, siapa bilang memetik jeruk itu bukan pekerjaan keren? Bagaimana, mau liburan ke tempat Paman? Kalau mau, nanti Mama diskusikan sama Papa.”
Sembari melirik puterinya, Mama tersenyum sambil melanjutkan mengiris bawang. Sekarang Olla menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal karena kebingungan.
Mama memberikan waktu beberapa hari untuk Olly berpikir. Hingga akhirnya, Olla pun setuju liburan sambil memetik jeruk di tempat Paman Murti. Daripada di kota hanya berkunjung ke mal, lebih baik dia ke pedesaan nan tenang. Sesekali perlu juga merasakan udara alam bebas.
Ketika liburan tiba, Olla pun diantar Papa dan Mama ke rumah Paman Murti. Di sana, Paman, Tante, serta sepupu-sepupu menyambut hangat.
“Jangan lupa petik jeruk yang banyak,” canda Papa ketika hendak pulang. "Memetik jeruk juga olahraga, lho, supaya tetap sehat."
“Uangnya disimpan, ya, La, kita tabung,” Mama menasehati.
“Iya, Ma,” jawab Olla.
Mulai besok, dia dan sepupu-sepupunya akan mulai memetik jeruk. Lahan pertanian telah menguning. Panen jeruk sedang melimpah.
“Repot, ya, memetik jeruk?” tanya Olla pada Dira, sepupunya.
“Enggak kok, La, paling capek sedikit kalau masih baru kerja. Nanti juga sudah terbiasa, lumayanlah nambah uang saku. Jadi, dibawa senang-senang saja,” jawab Dira ringan.
Esok hari Olla memulai pekerjaannya. Baru sekali ini dia secara langsung melihat pohon jeruk berbuah rimbun. Biasanya, Olla hanya tahu jeruk yang sudah tertata rapi di keranjang supermarket.
Mereka pun mulai meraih dan memetik buah-buahnya yang berjuntai. Pohon tersebut sebenarnya tidak terlalu tinggi. Walaupun demikian, Olla hanya memetik buah yang dapat dijangkaunya.
Ketika sore tiba dan tugas hari itu selesai, dia senang bisa memperoleh uang saku. Dengan riang, Olla dan sepupu-sepupunya kembali ke rumah. Ternyata Tante sudah menyediakan jus jeruk untuk mereka. Wah, benar-benar sedang musim jeruk.
“Bagaimana, La, menyenangkan memetik jeruk hari ini?” tanya Paman.
Olla mengangguk. “Iya, Paman, senang juga dapat pengalaman baru. Cuma tadi udaranya panas dan aku kehausan. Untung sudah dibekali botol air dari rumah.”
“Ingat pesan Mamamu. Sebagian uangnya ditabung,” ujar Tante.
“Iya, Tante,” ucap Olla.
Senangnya hari ini dia mendapat uang saku tambahan, walaupun tidak mudah. Bersama sepupunya, mereka mengumpulkan jeruk di tengah udara panas terik. Ternyata susah juga mengumpulkan uang.
Pulang liburan, Olla mulai jarang jajan di kantin sekolah ataupun minimarket dekat rumah. Dia ingin menyimpan uang hasil jerih payahnya untuk keperluan masa depan.
Komentar
Posting Komentar