Prang! Erina memandang celengan tanah liat berbentuk ayam yang pecah berserakan di lantai. Beberapa lembar uang logam dan kertas bertaburan. Dia mengutip dan menghitung jumlah uang yang berceceran di lantai. Dia terpekik riang setelah sampai pada lembaran uang terakhir. Rencananya untuk membeli boneka baru segera terwujud. Dengan telapak tangan membawa segepok uang, dia segera mendatangi Mama. "Ma, tukar recehanku ini dengan uang besar, boleh? Kalau dibawa begini, nanti bertaburan di jalan." Mama tersenyum sambil mengambil dompet. Beliau menyerahkan uang kertas sesuai dengan jumlah celengan Erina. Wajah puteri cilik itu semakin berbinar dengan lembaran uang di tangannya. "Ma, sekarang aku pergi dulu ke toko Bu Wijaya," celotehnya riang. "Mau beli boneka seperti yang pernah kuceritakan." " Hati-hati di jalan, ya," Mama mengingatkannya. "Kalau ada apa-apa, langsung saja tanyakan pada Bu Wijaya." Toko serba ada Bu Wijaya hany...