Langsung ke konten utama

Postingan

Rumah Kosong dan Teman-temannya

  Hompy adalah sebuah rumah mungil di pinggiran kota. Sudah beberapa bulan ini dia tak berpenghuni. Namun, Hompy tidak pernah merasa kesepian. Dia mempunyai sekelompok teman mungil, yaitu kawanan semut. Para semut tinggal di gundukan tanah tak jauh dari lokasi Hompy. Dari tempatnya, rumah itu sering memperhatikan kawan-kawannya bergotong-royong mengumpulkan makanan. Hompy senang melihat semangat dan kekompakan mereka. Suatu hari, para semut melihat Hompy bersedih. Tidak biasanya dia berwajah muram. Walaupun hanya rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan, tapi Hompy enggan mengeluh. “Ada apa, Hompy, mengapa wajahmu murung?” tanya Muti Semut. “Beberapa hari ini, dinding belakangku ditumbuhi tanaman merambat liar, Muti,” jawab Hompy. ”Kalau dibiarkan terus, tak lama lagi seluruh dindingku ditutupi tanaman itu. Aku akan semakin kotor dan suram.” Muti dan teman-temannya segera melihat ke halaman belakang. Ternyata memang benar, ada tanaman liar yang merambat di dinding. Kala...

Hari Libur dan Nasi Goreng

Prang!  Prung! Andi heran mendengar suara ribut dari dapur pada Minggu pagi. Aneh, biasanya Bik Inah tidak pernah masak seheboh itu. Andi bergegas menuju dapur. Betapa kagetnya dia melihat siapa yang sibuk di sana! “Lho, sedang kerjakan apa, Nen?”  tanya Andi ketika melihat adiknya, Neni, mengiris bawang di dapur. “Mau masak nasi goreng untuk sarapan kita, Kak.” Neni menjawab sambil tersenyum bangga. “Apa!  Masak?”  pekik Andi.   Gawat! Neni, kan, belum mahir memasak. Bisa kacau acara sarapan Minggu pagi.   “Tenang, Kak, kemarin ada pelajaran memasak di sekolah. Neni sudah belajar dan bisa mempraktekkannya. Lagipula sekarang ada Bik Inah yang mengawasi,”  ujar Neni sambil melirik Bik Inah yang berdiri pas di sampingnya. Mama mendekati Andi. “Biarkan saja adikmu, Di.” “Apa nanti bisa dimakan, Ma?”  bisik Andi. “Hush!  Tak boleh bicara begitu. Lagipula Bik Inah ikut membantu, kok.” Mama mengingatkan. “Kak!  Kak!  Lihat aku m...

Kisah Modi si Rumput Liar

  Modi, si rumput liar, bertumbuh bahagia pada halaman sebuah rumah kosong. Dia hidup tenang dan damai bersama teman-temannya sesama rumput liar. Modi juga mempunyai sahabat bernama Xixa, sebatang pohon jambu air. “Senang sekarang, ya, Xixa.  Setelah pemilik rumah pergi, kita bisa bertumbuh bebas di sini,” ujar Modi pada suatu pagi yang cerah. “Memangnya selama ini kenapa, Modi?”  tanya Xixa. "Kita selalu aman di sini, kan." “Menurut cerita yang kudengar,  dulu rumput-rumput liar selalu dicabut atau dipangkas. Benar begitu? Aku belum ada saat itu.” tanya Modi pada sahabatnya yang telah bertahun-tahun tinggal di halaman rumah.  Setelah terdiam sejenak, akhirnya Xixa mengangguk pelan, “Aku memang pernah melihatnya, Modi.” “Jadi benar? Mengapa mereka membuang kami para rumput liar?” Dia mulai cemberut. “Jangan tersinggung, Modi. Menurut cerita yang kudengar, mereka berpikir kalau kalian itu tidak ada gunanya. Rumput liar cuma merusak pemandangan.” Modi ...

Sitemap www.kincirairliliput.com

 

Tangisan Kelelawar

Malam ini, langit cerah dan Bulan sedang mengobrol dengan Bintang.  Keduanya saling berbagi cerita tentang pengalaman selama mengitari bumi. “Hu … Hu … Hu …!”  Mendadak terdengar suara tangisan memecahkan keheningan malam. “Suara apa itu?” tanya Bulan terkejut. “Aneh, tidak biasanya ada suara tangisan malam-malam begini,”  ucap Bintang.   Keduanya ketakutan. Suasana sunyi semakin mencekam. Bulan menerangkan cahayanya untuk mencari sumber suara tersebut. Di dahan pohon terdekat, ternyata seekor Kelelawar sedang duduk menangis. “Oh, kamu rupanya. Huff, kami sudah ketakutan. Kelelawar, kenapa menangis?” tanya Bintang. Kelelawar mengusap air matanya.  “Aku tidak suka menjadi hewan  malam hari.” “Lho, kenapa pula tiba-tiba kamu ngomong begitu?”  Bulan bingung mendengar jawaban Kelelawar. Tidak biasanya Kelelawar berkata demikian. “Lihatlah, semua hewan-hewan tidur saat malam hari. Aku sendirian di sini dan tidak punya teman bermain.” Kelelawar mengeluh...

Sepatu Baru Terindah

  Loli adalah sepatu berpenampilan terbaik di toko Seruni . Warnanya biru bergaris-garis putih.  Ada pita keperakan menghias pinggirannya. Sebelah kiri dan kanan sepatu, disematkan mawar-mawar biru mungil mempercantik tampilannya. Ketika dipajang di etalase,  anak-anak perempuan  mengaguminya. Akan tapi, mereka tidak jadi membeli karena harga sepatu itu cukup mahal. Meski demikian, Loli bangga sekali karena banyak yang menyukainya. “Kelak aku pasti dibeli anak istimewa dan tinggal di rak sepatu yang bagus,”  ucap Loli pada teman-temannya di toko. “Belum tentu,”  ujar sepasang sepatu olahraga. “Mungkin saja orang biasa yang akan membelimu. Boleh jadi dia mendapat kado dari pamannya yang kaya.” “Kita lihat saja nanti,” Loli menyombongkan diri. “Sepatu seperti aku tidak semua orang mampu membelinya.” Sepatu-sepatu lain cuma mendengus kesal melihat keangkuhan Loli. Mereka ingin membuktikan kebenaran ucapannya. Ketika satu per satu temannya sudah laku, Loli te...

Petualangan Raja Bakteri

Raja Zelo, sang pemimpin kerajaan bakteri jahat, sedang bergembira. Dia senang karena sekarang sudah berhasil memimpin rakyatnya menuju kemakmuran. Kerja keras mereka telah memberikan hasil membanggakan. Para bakteri kerajaan merupakan mahluk-mahluk mungil jahat dan bertugas menyebarkan penyakit. Mereka berbeda dengan bakteri baik yang justru membawa manfaat bagi manusia.   Mahluk-mahluk jahat ini tinggal di tempat-tempat kotor. Anak yang dihinggapi bakteri biasanya akan jatuh sakit. Jika Mama sedih melihat buah hatinya terbaring lemah, sebaliknya Raja Zelo merasa senang. Kalau ada anak sakit, berarti dia berhasil memperluas kekuasaannya.   “Lihat, itu ada yang mau beli makanan,” kata Raja Zelo pada para pengikutnya. “Datangi dia!” Melalui udara, bakteri-bakteri beterbangan dan hinggap di jari-jari kotor, termasuk di jari anak tadi. Bocah tersebut ternyata makan tanpa mencuci tangan. Raja Zelo tersenyum. Sebentar lagi rencananya akan terwujud.  Raja tidak ...